Saturday 26 December 2015

BANYAKNYA FITNAH MENJELANG KEMUNCULAN Al-Mahdi



Sebelum kemunculan Al-Mahdi, maka umat manusia secara umum dan umat Islam secara khusus, akan menghadapi berbagai fitnah dan bala’. Orang-orang kafir bergantian menguasai umat Islam. Diberbagai negara Islam banyak terjadi kegoncangan sehingga mereka tidak dapat menikmati ketenangan politik, atau bahkan dari segi ekonomi.
Diantara fitnah terpenting yang muncul adalah keluarganya lelaki yang diperselisihkan oleh umat manusia tentang jati dirinya. Ia disebutkan dalam sebuah hadist yang diriwayatkan oleh Abu Dawud secara marfu’ dari Nabi SAW dengan nama Harits bin Harrots, Namun nama itu bukan nama aslinya. Beliau bersabda :
“Akan keluar seorang lelaki dari Ma Waro’an Nahr, bernama Harits bin Harrots yang didahului munculnya seorang lelaki yang bernama Manshur – ini juga bukan nama asli – yang akan meneguhkan kedudukan keluarga Muhammad, sebagaimana orang-orang Quraisy meneguhkan kedudukan Muhammad. Bagi setiap mukmin wajib untuk menolongnya atau menjawab seruannya”.
Penulis kitab ‘Aunu ‘I-Ma’bud Syarhu Sunani Abi Dawud menerangkan maksud hadits, “Maksud keluarnya laki-laki sholih dari Ma Waro’an Nahr (belakang sungai) yaitu yang dibelakangnya, seperti Bukhoro, Samarqond dan semisalnya. Maksud persiapan dan peneguhan disini adalah mempersiapkan segala sarana dengan harta dan menyerahkan urusan khilafah kepada keluarga Muhammad SAW dan kepada Al-Mahdi secara khusus.
Fitnah semakin meluas sampai tahun kemunculan Al-Mahdi, sebagaimana yang dikabarkan oleh Hakim dalam kitab Al-Mustadrok dari Nabi SAW bahwasanya beliau bersabda, “Pada bulan Dzulqo’dah, berbagai kabilah saling bersengketa saat mereka pergi Haji. Maka, terjadilah kerusuhan besar di Mina sehingga orang yang mereka cari – Yaitu Al-Mahdi_ lari, ia dibaiat di antara Rukun Hajar Aswad dan Maqom Ibrahim, padahal ia tidak suka dibaiat. Jumlah mereka seperti orang-orang yang ikut perang Badar. Para penduduk langit dan bumi ridho padanya.”
Ibnu Hajar Al-Haitami menyebutkan dalam kitab Al-Qoulu I-Mukhtashor tentang tanda-tanda yang mendahului kemunculan Al-Mahdi :
-          Munculnya berbagai fitnah yang banyak membunuh manusia.
-          Keluarnya pasukan berbendera hitam dari arah timur yang memerangi Sufyani dengan pimpinan Al-Hasyimi dan Syu’aib bin Sholih yang siap tunduk dan berbaiat kepada Al-Mahdi setelah kemunculannya.
-          Keluarnya Al-Mahdi setelah terbunuhnya jiwa yang suci.
-          Terjadinya fitnah yang didahului dengan penghalalan hal-hal yang haram, kemudian datanglah kekholifaan kepadanya sedangkan ia duduk di rumahnya.
-          Juga, yang menjadi permulaan kemunculan Al-Mahdi adalah semakin beratnya fitnah yang dialami penduduk Kufah. Mereka mendapatkan bala’ yang besar dari Sufyani berupa pembunuhan, penawanan dan perampasan, sehingga kemunculan Al-Mahdi sebagai jalan keluar bagi keadaan mereka.
-          Munculnya bangsa Turki, matinya seorang khalifah, dicabutnya Khalifah berikutnya setelah berlalu beberapa tahun, terjadilah penenggelaman di dekat mesjid Damaskus serta keluarnya tiga orang di Syam yang saling berebut kekhilafahan dan kerajaan disana.
-          Keluarnya Sufyani sebelum Al-Mahdi
-          Keluarnya Hasyimi dan perlawanannya terhadap Sufyani, ia membawa pedang di pundaknya selama delapan belas bulan kemudian ia menuju ke arah Baitul Maqdis namun belum kesampaian.

Termasuk fitnah yang mendahului kemunculan Al-Mahdi adalah perebutan kekhilafahan dan simpanan Ka’bah serta terjadinya peperangan antara tiga putra kholifah. Rasulullah SAW bersabda :
“Akan saling berperang pada perbendaharaan kalian tiga orang yang semuanya adalah putra kholifah. Kemudian, tidak ada seorang pun dari mereka yang menang. Lalu, muncullah pasukan berbendera hitam dari arah timur, lalu memerangi mereka dengan peperangan yang belum pernah dilakukan satu kaum pun. ‘Kemudian beliau bersabda, ‘Jika kalian bisa melihat pemimpin mereka, maka datanglah kepadanya meskipun dengan merangkak di atas salju, karena sesungguhnya ia adalah kolifah Allah, Al-Mahdi”.
Hadist tersebut membahas perebutan harta simpanan di Jazirah Arab terjadi di akhir zaman sebelum munculnya Al-Mahdi. Pertentangn ini terjadi antara tiga putra kholifah. Pertentangan yang terjadi bukan karena berebut kekuasaan dan kerajaan, melainkan pertentangan tentang harta simpanan. Lalu, harta simpanan apakah itu? Bisa jadi yang dimaksud simpanan disini adalah minyak. Karena, maksud al-kanzu adalah apa yang tersimpan di dalam tanah lalu dikeluarkan darinya.
Sebagian orang memahami bahwa pertentangan ini adalah dalam rangka merebut kekuasaan, tetapi hadist tersebut menunjukkan bahwa mereka berebut harta simpanan. Namun, mereka semua tidak berhasil menguasainya. Hal ini seperti gunung emas yang muncul di dasar sungai Eufrat dan manusia berperang untuk memperebutkannya. Peristiwa tersebut adalah peperangan untuk memperebutkan harta benda yang akan terjadi di akhir zaman, baik berupa minyak atau yang lainnya.
Bisa jadi para ulama salaf telah memahami bahwa perang memperebutkan harta simpanan yang disebutkan dalam hadist di atas adalah perang memperebutkan kekuasaan dan kekholifaan. Karena dua hal; memperebutkan harta berarti memperebutkan kekuasaan, karena satu dengan yang lainnya saling berkaitan.
Alasan lainnya adalah bahwa yang bersengketa untuk memperebutkan simpanan adalah tiga putra kholifah, raja, penguasa atau semisalnya. Dan yang mengherankan, ternyata diakhir peperangan ini tidak ada satu pun diantara mereka yang berhasil menguasainya.
Ada atsar lain yang menunjukkan bahwa pertentangan tersebut untuk memperebutkan kekuasaan yang menyebabkan tidak adanya amir haji pada tahun kemunculan Al-Mahdi. Inilah yang menjadikan sebagian orang menafsirkan pertempuran memperebutkan harta simpanan tersebut dengan perebutan kekuasaan dan kekholifahan. Wallahu a’lam.

No comments: