Tuesday 11 May 2010

TBC

PEMBAHASAN

A. Pengertian TBC
TBC adalah penyakit infeksi menular dan menahan yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium Tubuercolosis, kuman tersebut biasanya masuk ke dalam tubuh manusia melalui udara (pernafasan) ke dalam paru-paru, kemudian kuman tersebut menyebar dari paru-paru ke organ tubuh yang lain melalui penyebaran darah, kelenjar limfe, saluran pernafasan, penyebaran langsung ke organ tubuh lain (Sylvia Anderson 1995 : 753) penyakit TBC dapat menyerang siapa saja (tua, muda, laki-laki, perempuan, miskin atau kaya) dan dimana saja. Setiap tahunnya, Indonesia bertambah dengan seperempat juta kasus baru TBC dan sekitar 140.000 kematian terjadi setiap tahunnya disebabkan oleh TBC. Bahkan Indonesia adalah negara ketiga terbesar dengan masalah TBC di dunia.
Survei pravelensi TBC yang dilakukan di enam propinsi pada tahun 1983 – 1993 menunjukkan bahwa prevelansi TBC di Indonesia berkisar antara 0.2 – 0.65%. sedangkan menurut laporan penanggulangan TBC global yang dikeluarkan oleh WHO pada tahun 2004, angka insidensi TBC pada tahun 2002 mencapai 555.000 kasus (256 kasus/100.000 penduduk), dan 46% diantaranya diperkirakan merupakan kasus baru
.
B. Penyebab TBC
Penyakit TBC adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri Mikobakterium tuberkulosa. Bakteri ini terbentuk batang dan bersifat tahan asam sehingga dikenai juga sebagai Batang Tahan Asam (BTA). Bakteri ini pertama kali ditemukan oleh Robert Koch pada tanggal 24 Maret 1882, sehingga untuk mengenang jasanya bakteri tersebut diberi nama Baksil Koch. Bahkan penyakit TBC pada paru-paru kadang disebut sebagai Koch Pulmonum (KP) dalam paru-paru akan berkembang biak menjadi banyak (terutama pada orang dengan daya tahan tubuh yang rendah), dan dapat menyebar melalui pembuluh darah atau kelenjar getah bening. Oleh sebab itulah infeksi TBC dapat menginfeksi hampir seluruh organ tubuh seperti paru-paru, otak, ginjal, saluran pencernaan, tulang, kelenjar getah bening, dan lain-lain. Meskipun demikian organ tubuh yang paling sering terkena yaitu paru-paru.
Saat Mikobakterium tuberkulosa berhasil menginfeksi paru-paru, maka dengan segera akan tumbuh koloni bakteri yang terbentuk globular (bulat). Biasanya melalui serangkaian reaksi imunologis bakteri TBC ini akan berusaha dihambat melalui pembentukan di sekeliling bakteri itu oleh sel-sel paru. Mekanisme pembentukan dinding itu membuat jaringan di sekitarnya menjadi jaringan parut dan bakteri TBC akan menjadi dormant (istirahat) bentuk-bentuk dormant inilah yang sebenarnya terlihat sebagai tuberkel pada pemeriksaan foto rontgen.
Pada sebagian orang dengan sistem imun yang baik, bentuk ini akan tetap dormant sepanjang hidupnya. Sedangkan pada orang-orang dengan sistem kekebalan tubuh yang kurang, bakteri ini akan mengalami perkembangbiakan sehingga tuberkel bertambah banyak. Tuberkel yang banyak ini membentuk sebelah ruang didalam paru-paru. Ruang inilah yang nantinya menjadi sumber.

C. Patofisiologi
Individu rentan yang menghirup basil tuberculosis dan menjadi terinfeksi. Bakteri dipindahkan melalui jalan nafas ke alveoli, tempat dimana mereka berkumpul dan mulai untuk memperbanyak diri dalam sistem imun tubuh dengan melakukan reaksi inflamasi. Fagosit (neurofil & makrofagi) menelan banyak bakteri, limfosit spesifik tuberculosis melisis (menghancurkan) basil dan jaringan normal reaksi jaringan ini mengakibatkan penumpukan eksudat dalam alveoli akan terjadi gangguan pertukaran gas karena sputum menumpuk akan menutupi jalan nafas, dan sputum bergerak maju ke bronkus, maka akan terjadi gangguan jalan nafas. (Brunner & Suddart, 2002 : 585)

D. Cara Penularan TBC
“Droplet Nucles” yang merupakan partikel 1-10 mikron, dikeluarkan oleh penderita penyakit TBC dengan cara batuk-batuk, bersin, bicara, penderita meludah ke tanah kemudian tersebar ke udara. Oleh karena itu penyakit ini disebut “Airbone Infection”. Orang dapat terinfeksi kalau droplet tersebut terhirup ke dalam saluran pernafasan.
Penyakit TBC biasanya menular melalui udara yang tercemar dengan bakteri Mikobakterium tuberkulosa yang dilepaskan pada saat penderita TBC batuk dan pada anak-anak sumber infeksi umumnya berasal dari penderita TBC dewasa. Bakteri ini bila sering masuk dan terkumpul di produksi sputum (dahak). Seseorang yang telah memproduksi sputum dapat diperkirakan sedang mengalami pertumbuhan tuberkel berlebih dan positig terinfeksi TBC.
Meningkatnya penularan infeksi yang telah dilaporkan saat ini, banyak dihubungkan dengan beberapa keadaan, antara lain memburuknya kondisi sosial ekonomi, belum optimalnya fasilitas pelayanan kesehatan masyarakat, meningkatnya jumlah penduduk yang tidak mempunyai tempat tinggal dan adanya epidemi dari infeksi HIV. Disamping itu daya tahan tubuh yang lemah / menurun, virulensi dan jumlah kuman merupakan faktor yang memegang peranan penting dalam terjadinya infeksi TBC.

E. Klasifikasi Penyakit
TBC ada dua macam klasifikasi, yaitu :
a. Tuberkulosis paru
Tuberkulosis paru adalah tuberkulosis yang menyerang paru tidak termasuk selaput paru (pleura).
Berdasarkan hasil pemeriksaan dahak, TBC paru dibagi lagi dalam:
1) Tuberkulosis Paru BTA Positif
2) Tuberkulosis Paru BTA Negatif
b. Tuberkulosis Ekstra Paru
Tuberkulosis yang menyerang organ tubuh lain seperti paru, misalnya pleura, selaput otak, selaput jantung (pericardium), kelenjar limfe, tulang, persendian, kulit, ginjal.

F. Tanda dan Gejala
Tanda penyakit TBC
a. Batuk-batuk dengan atau tanpa dahak lebih dari 3 minggu
b. Demam ringan
c. Sesak nafas
d. Nyeri dada
e. Badan terasa lemas
f. Kehilangan nafsu makan
g. Berat badan turun
h. Rasa kurang enak badan (malaise)
i. Berkeringat malam padahal tidak ada kegiatan

G. Gejala Penyakit TBC
Gejala penyakit TBC dapat dibagi menjadi gejala umum dan gejala khusus yang timbul sesuai dengan organ yang terlibat. Gambaran secara klinis tidak terlalu khas terutama pada kasus baru, sehingga cukup sulit untuk menegakkan diagnosa secara klinik.

a. Gejala sistemik / umum
• Demam tidak terlalu tinggi yang berlangsung lama, biasanya dirasakan malam hari disertai keringat malam. Kadang-kadang serangan demam seperti influenza dan bersifat hilang timbul
• Penurunan nafsu makan dan berat badan.
• Batuk-batuk selama lebih dari 3 minggu (dapat disertai dengan darah)
• Perasaan tidak enak (malaise), lemah
b. Gejala khusus
• Tergantung dari organ tubuh mana yang terkena, bila terjadi sumbatan sebagian bronkus (saluran yang menuju ke paru-paru) akibat penekanan kelenjar getah bening yang membesar, akan menimbulkan suara “mengi”, suara nafas melemah yang disertai sesak.
• Kalau ada cairan dirongga pleura (pembungkus paru-paru), dapat disertai dengan keluhan sakit dada
• Bila mengenai tulang, maka akan terjadi gejala seperti infeksi tulang yang pada suatu saat dapat membentuk saluran dan bermuara pada kulit di atasnya, pada muara ini akan keluar cairan nanah.
• Pada anak-anak dapat mengenai otak (lapisan pembungkus otak) dan disebut sebagai meningitis (radang selaput otak), gejalanya adalah demam tinggi, adanya penurunan kesadaran dan kejang-kejang.

Pada pasien anak yang tidak menimbulkan gejala, TBC dapat terdeteksi kalau diketahui adanya kontak dengan pasien TBC dewasa. Kira-kira 30-50% anak yang kontak dengan penderita TBC paru dewasa memberikan hasil uji tuberkulum positif. Pada anak usia 3 bulan – 5 tahun yang tinggal serumah dengan penderita TBC paru dewasa dengan BTA positif, dilaporkan 30% terinfeksi berdasarkan pemeriksaan serologi darah.



H. Penatalaksanaan
Pengobatan TBC Paru
1. Tahap pengobatan
Pengobatan TBC diberikan dalam 2 tahap, yaitu tahap intensif dan kelanjutan
a) Tahap intensif
Pada tahap intensif (awal) penderita mendapat obat setiap hari dan diawasi langsung untuk mencegah terjadinya kekebalan terhadap semua OAT, terutama rifampisin. Bila pengobatan tahap intensif diberikan secara tepat, biasanya penderita menular menjadi tidak menular dalam kurun waktu 1 – 2 minggu. Sebagian besar penderita TBC BTA positif ini menjadi BTA negatif (konversi) pada akhir pengobatan intensif.

b) Tahap lanjutan
Pada tahap lanjutan penderita mendapat jenis obat lebih sedikit, namun dalam jangka waktu yang lebih lama. Tahap lanjutan penting untuk membunuh kuman persisten (dormant) sehingga mencegah terjadinya kekambuhan.



2. Kategori pengobatan
WHO dan IUATLD (Intemational Union Against Tuberculosis Lung Disesase) merekomendasikan panduan OAT standar di Indonesia, yaitu:
a) Kategori 1: 2HRZE/4H3R#
Tahap intensif : terdiri dari Isoniasid (H), Rifampisin (R), Pirasinamid (Z) dan Etambutoil (E) obat-obat tersebut diberikan setiap hari selama 2 bulan (2HRZE) kemudian diteruskan dengan tahap lanjutan yang terdiri dari Isoniasid (H) dan Rifampisin (R), diberikan tiga kali dalam, seminggu selama 4 bulan (4H3R3). Obat ini diberikan untuk :
(1) Penderita baru TBC Paru BTA Positif
(2) Penderita TBC Paru BTA negatif Rontgen Positif
(3) Penderita TBC ekstra paru berat
b) Kategori 2 : 2HRZES/HRZE/5H3R3E3
Tahap intensif diberikan selama 3 bulan, yang terdiri dari 2 bulan dengan Isoniasid (H), Rifampisin (R) Pirasinamid (Z), Etambutol (E) dan suntikan streptonisin setiap hari di UPK. Setelan itu dilanjutkan dengan tahap lanjutan selama 5 bulan dengan HRE yang diberikan tiga kali dalam seminggu.


Obat ini diberikan untuk :
(1) Penderita Kambuh (relaps)
(2) Penderita gagal (failure)
(3) Penderita dengan pengobatan setelah lalai


DAFTAR PUSTAKA

http://febrikustiyanto.blogspot.com/2009/04/tonsilofaringitis-akut.html
http://www.chaharkudo.blogspot.com
http://www.google.com
Mansjoer A.dkk. Kapital Selekta Kedokteran. Jilid 1.Edisi ketiga.Media Aescalapius FKUI.Jakarta.2001
Ratihrochmat.2008.Tonsilitis Akut Pada Kesehatan Anak.Wordpress.com
Thomas ,Benoy J. Pharyngitis,Bacterial. [online]. 2006 August 1 [cited 200 June 21]; available from : URL : www.emedicine.com.
Tonsillopharyngitis.[online].2005 November [cited 200 june 21]; available from : URL: www.medicastore.com.com.

No comments: