Thursday 15 July 2010

ANTONIMI DAN MODE PEMILIHANNYA

ANTONIMI DAN MODE PEMILIHANNYA
Secara umum antonimi mengandung pengertian pertentangan makna antara kata-kata maupun antar kalimat yang berkaitan. meskipun antonimi dapat merujuk kata-kata dalam kajian semantik, keantoniman didudukkan dalam konteks kalimat. dengan mendudukan dalam konteks kalimat, keantoniman pada tataran kata-kata selain masih dapat digambarkan, ciri semantis kata-kata yang berantonim itu pada tataran kalimat juga dapat diperoleh. Pada sisi lain, penentuan demikian juga sejalan dengan penentuan bahwa dskripsi sinonimi dan antonimi dalam bahasa Indonesia ini berkaitan dengan bentuk ekspresi yang ada dalam hubungan antar kalimat.
A. Ciri Antonimi Dalam Relasi Makna Bahasa Indonesia
Adapun ciri antonimi dalam relasi makna bahasa Indonesia dikemukakan dengan bertolak dari daftar kalimat berikut.
 Ayah masih muda. Ibu sudah tua
Antonimi pada kalimat-kalimat tersebut disebabkan oleh adanya kata-kata masih muda pada kalmat Ayah masih muda, dan sudah tua pada kalimat Ibu sudah tua
Keantoniman juga dapat berujuk pada hubungan pertentangan yang tidak dapat ditata tingkatkan. keantoniman demikian disebut “Oposisi biner” ciri keantoniman jenis oposisi binetr yang pada sisi lain juga dapat menyebabkan adanya hubungan kesertaan dapat dipaparkan sebagai berikut
 Ria sudah kawin. Ria masih lajang
Kedua kalimat tersebut dapat ditentukan memiliki hubungan oposisi biner. Oposisi biner dalam hal ini dibentuk oleh adanya perbedaan makna antara kawin dan lajang. Dalam hal demikian, keantoniman kedua kalimat tersebut tidak dapat ditata tingkatkan.
Hubungan keantoniman juga dapat dibentuk oleh adanya percampuran ciri semantis dalam hubungan timbal balik. Misalnya, apabila keantoniman antara kalimat 1 dengan kalimat 2disebabnkan adanya perbedaan makna antara (A) AYAH, dan (B) PUTERA terdapatnya sebutan Ayah ditentukan oleh adanya ayah. Antonimi yang termasuk jenis oposisi relational ini dipaparkan dengan bertolak dari kalimat berikut.
 Pak Arifin ayah pipt. Pipt putera Pak Arifin
Hubungan keantoniman antara kedua kalimat tersebut disebabkan oleh adanya perbedaan representasi makna kata anatara ayah dengan putera. jenis hubungan keantoniman oposisi direksional. Deskripsi jenis keantoniman ini dipaparkan dengan bertolak dari data sebagai berikut.
 Dipta duduk di depan. Dipta duduk dibelakang
Kesinoniman jenis oposisi direksional juga dapat ditemukan pada kalimat Dipta duduk didepan, dengan dipta duduk dibelakang. apabila diperhatikan, hubungan oposisi direksional itu bersumber dari adanya kata depan pada kalimat pertama, dan belakang pada kalimat kedua. pada kalimat ini pengandaian adanya ‘gerak’ berkaitan dengan pilihan atau kesempatan Dipta ‘duduk dibelakang’. Dalam hal demikian, gerak pada (A) juga mengarahkan penolakan pada (B0 sehingga jika Dipta duduk didepan, maka Dipta tidak mungkin duduk dibelakang
 Nilainya lebih. Nilainya kurang
Sebagaimana keantoniman yang bersumber dari adanya perbedaan makna antara pria dan wanita, panas dan dingin, representasi makna bentuk perbandingan ditentukan oleh kesatuan persepsinya dengan kata-kata lain dalam konteks kalimatnya.
Jenis antonimin yang lain adalah orthogonal. jenis antonimi ini terbatas hanya pada terdapatnya perbedaan makna pada makna kata-kata yang digunakan untuk melambangkan arah mata angin
 Rumah saya disebelah selatan. Rumah Ria disebelah utara
Hubungan keantoniman terjadi karena adanya perbedaan makna antara utara dan selatan.

B. Kaidah Keantoniman Dalam Bahasa Indonesia
Kaidah keantoniman tersebut adalah relasi makna dalam kalimat-kalimat yang dibentuk oleh kata-kata yang mengandung perbedaan makna disebut antonimi apabila makna kalimat-kalimat itu mengandung pertentangan ciri semantik maupun hubungan kondisional.

No comments: