Monday, 18 October 2010

KRONUS




Kronus atau Kronos[1] (bahasa Yunani: Κρόνος, Krónos) adalah salah satu Titan dalam mitologi Yunani. Dia merupakan pemimpin sekaligus yang termuda di antara para Titan generasi pertama. Kronus adalah putra dari Uranus (langit) dan Gaia (bumi). Kronus mengalahkan ayahnya dan memerintah dunia pada Zaman Emas sampai akhirnya dia dikudeta oleh anak-anaknya sendiri, lalu dikurung di Tartaros.

Kronus biasanya digambarkan dengan sabit, yang dia gunakan ketika mengalahkan ayahnya, Uranua. Di kota Athena, pada hari kedua belas di bulan Hekatombaion, digelar sebuah festival untuk Kronus yang disebut Kronia. Festival ini merupakan pearyaan panen, dan mengindikasikan bahwa Kronus dianggap sebagai pelindung panen. Ini diduga terjadi karena asosiasinya dengan Zaman Emas.

Dalam mitologi Romawi, Kronus diidentikkan dengan dewa Saturnus.


Etimologi

Para cendekawaan Helenis di Alexandria pada masa Renaisans banyak menyamakan Kronus dengan Khronos, dewa dan personifikasi waktu[2] yang memegang tongkat sabit besar.

H. J. Rose, dalam A Handbook of Greek Mythology,[3] menyatakan bahwa nama Kronos bukan berasal dari bahasa Yunani. Sebuah teori yang diperdebatkan pada abad ke-19,[4] menyebutkan bahwa Kronos berhubungan dengan kata "bertanduk", menunjukkan asal katanya dari bahasa Semit, qrn/krn.[5] Robert Brown menyebutkan dalam The Great Dionysiak Myth, 1877.[6] "Kronos menunjukkan "dia yang Bertanduk", sebuah pendapat yang sudah terlebih dahulu diusulkan oleh Alexander Hislop dalam The Two Babylons; or, The papal worship proved to be the worship of Nimrod and his wife,[7] dengan catatan "Dari krn, sebuah tanduk.[8] Robert Brown juga menunjukkan penggunaan Semit, contohnya dalam injil Ibrani, bahwa qeren menunjukkan "kekuasaan".[9] Sementara Andrew Lang keberatan dengan pendapat itu karena menurutnya dalam seni kuno Kronus tidak pernah digambarkan bertanduk.[10] Ketika para penulis Yunani mengetahui tentang dewa El dari Levantine, mereka menyebut namanya sebagai Kronos.[11]

Dalam mitologi

Kronus mengebiri Uranus, lukisan karya Giorgio Vasari.

Dalam mitos kuno, seperti yang tercatat dalam Theogonia karya Hesiod, Uranus mengurung para Kiklops dan Hekatonkhire (anak-anak Gaia) di Tartaros. Gaia marah pada perbuatan suaminya. Gaia lalu membuat sebuah sabit batu dan mengumpulkan para Titan untuk membujuk mereka supaya mengebiri Uranus. Hanya Kronus yang berani melakukannya, maka Gaia memberikan sabit itu pada Kronus dan menyembunyikan Kronus. Ketika Uranus sedang ayik bersetubuh dengan Gaia, Kronus tiba-tiba muncul dan memotong alat kelamin Uranus dengan sabitnya. Kronus lalu melempar testis Uranus ke laut. Uranus merasa sangat kesakitan dan mati (pendapat lain mengatakan Uranus terangkat dari bumi selamanya). Dari darah (dalam versi lain, air mani) Uranus yang jatuh ke bumi, terciptalah para Gigant, para Erinya, dan Meliai. Sementara testis Uranus terapung di lautan dan diselubungi buih sampai dewi Afrodit lahir dari situ..[12]

Dalam versi lain dari mitos ini, Kronus menggulingkan kekuasaan Ofion yang jahat. Dengan demikain, Kronus dilihat sebagai pembebas dunia dari kekejaman Ofion.

Para Titan kemudian mengambil alih kekuasaan atas dunia dengan Kronus sebagai pemimpinnya. Kronus sendiri beristrikan Rhea. Masa pemerintahan Kronus disebut sebagai Zaman Emas karena pada saat itu manusia hidup dengan teratur dan menaati hukum yang berlaku, orang-orang melakukan perbuatan yang baik dan tidak ada kejahatan.
Namun Kronus tidak membebaskan para Kiklops dan Hekatonkhire dari kurungan mereka. Dia malah menambah penjagaan dengan menyuruh naga Kampe untuk menjaga mereka supaya tidak kabur.
Gaia dan Uranus meramalkan bahwa Kronus akan dikalahkan oleh anak-anaknya sendiri, seperti yang Kronus lakukan pada ayahnya. Untuk menghindari ramalan itu, Kronus menelan semua anak yang dilahirkan oleh Rhea. Kronus berhasil menelan Demeter, Hera, Hades, Hestia, dan Poseidon. Namun Kronus tidak sempat menelan anak keenamnya (Zeus) karena telah terlebih dulu disembunyikan oleh Rhea, yang kesal karena anak-anak terus-menerus ditelan.

Rhea secara diam-diam melahirkan Zeus di Kreta, dan memberikan sebongkah batu pada Kronus, yang mengira batu tersebut sebagai anaknya lalu menelannya. Sementara Zeus disembunyikan di sebuah gua di Gunung Ida, Kreta. Menurut beberapa versi, Zeus diberi minum susu kambing bernama Amaltheia dan dilindungi oleh para Kuretes. Para Kuretes adalah sekelompok perajurit penari, jika Zeus menangis, maka para Kuretes akan bernyanyi dan membuat kebisingan supaya Kronus tidak mendengar tangisan Zeus. Dalam versi lainnya, Zeus dibesarkan oleh nimfa Adamantheia. Dia menyembunyikan Zeus dengan cara menggantung Zeus di pohon memakai tali. Dengan begitu, Zeus tidak menyentuh bumi, lautan, ataupun langit, yang kesemuanya dikuasai oleh Kronus. Ada juga versi bahwa Zeus diasuh oleh neneknya, Gaia.

Setelah dewasa, Zeus memperoleh ramuan dari Gaia (dalam versi lainnya, dari Metis). Zeus lalu berhasil membujuk Kronus untuk meminum ramuan itu. Setelah meminumnya, Kronus memuntahkan semua yang ia telan. Yang pertama keluar adalah batu yang dia pikir sebagai Zeus, lalu kemudian Kronus memuntahkan semua anak-anak yang ia telan. Batu itu sendiri ditaruh di Gunung Parnassos.

Setelah berkumpul bersama saudara-saudaranya, Zeus menyatakan perang terhadap Kronus. Untuk membantu usahanya, Zeus membebaskan para Kiklops dan para Hekatonkhire. Dalam perang yang disebut Titanomakhia itu, Kronus dan para Titan dikalahkan oleh Zeus dan sekutunya. Sebagian besar Titan yang kalah kemudian dikurung di Tartaros.

Nasib Kronus setelah itu berbeda-beda berdasarkan beberapa versi. Menurut Homer dan sebagian besar sumber, Kronus ikut dikurung di Tartaros. Dalam syair Orfeus, Kronus dikurung di gua Nix. Menurut Pindar, Kronus pada akhirnya dibebaskan oleh Zeus dan menjadi pemimpin di Eilisium. Sementara dalam Aeneid karya Virgil, Kronus melarikan diri ke Latium (Italia) dan memerintah di sana sebagai dewa Saturnus.

Kronus juga disebut-sebut sebagai ayah Khiron dari hubungannya dengan Filira.

Dalam cerita yang bersumber dari Diodorus Siculus (abad pertama SM), Kronus, putra Uranus dan Titea, dikatakan memerintah di Italia, Sisilia, dan Afrika Utara. Kronus, bersama para Titan lainnya, berperang dan mengalahkan saudaranya Jupiter, yang berkuasa di Kreta, serta saudara iparnya Hammon, yang berkuasa di Nisa, sebuah pulau di dekat sungai Triton di Afrika. Kronus merebut saudarinya, Rhea, dari Hammon, dan menjadikannya sebagai istri. Kronus lalu dikalahkan oleh putra hammon, Dionisos atau Bakkhus. yang kemudian menunjuk Jupiter Olimpus, putra Kronus dan Rhea, sebagai pemimpin di Mesir. Bakkhus dan Jupiter lalu bekerjasama untuk mengalahkan para Titan yang tersisa di Kreta. Selepas kematian Bakkhus, Jupiter Olimpus mewarisi semua wilayah kekuasaannya.[13]

Kronus juga disebutkan dalam Orakel Sibylline, khususnya buku tiga. Di sana diceritakan bahwa Kronus, 'Titan' dan Iapetos, tiga putra Uranus dan Gaia, masing-masing menerima sepertiga bumi, dan Kronus menjadi pemimpinnya. Setelah kematian Uranus, anak-anak Titan berusaha membunuh setiap anak Kronus dan Rhea. Namun di Dodona Rhea secara diam-diam mengirim anak-anaknya (Zeus, Poseidon dan Hades) ke Frigia untuk dibesarkan oleh tiga orang Kreta. Mengetahui hal ini, enam puluh anak buah Titan kemudian mengurung Kronus dan Rhea, akibatnya anak-anak Kronus menyatakan perang pada Titan dan anak buahnya. Dalam versi sini, tidak diceritakan tentang Kronus mengalahkan ayahnya (Uranus)

Kaitan dengan El
Ketika orang Hellen (Yunani) bertemu dengan bangsa Funisia dan kemudian, dengan bangsa Ibrani, mereka mengidentikkan dewa El, melalui interpretatio graeca, dengan Kronus. Asosiasi ini terjadi pada abad pertama Masehi dan tercatat dalam Sejarah Funisia karya Philo dari Byblos, serta diceritakan dalam Præparatio Evangelica karya Eusebius I.10.16.[14] Menurut Philo, Kronus awalnya adalah pemimpin Kanaan yang mendirikan Byblos dan kemudian didewakan. Dalam versi ini, Kronus memiliki nama lain, yaitu Elus atau Ilus. Diceritakan bahwa pada tahun ke-32 pemerintahannya, dia mengebiri, membunuh, dan mendewakan ayahnya, yang bernama Epigeios atau Autokhthon "yang kemudian merka sebut Uranus". Lebih jauh diceritakan bahwa setelah kapal laut ditemukan, Kronus mengnjungi 'dunia yang dapat dihuni'. Kronus juga mewariskan Attika pada putrinya Athena, dan Mesir pada Thoth, putra Misor dan penemu tulisan.[15]

Dalam Mitologi Romawi

Sementara orang Yunani menggambarkan Kronus sebagai Titan yang kejam, orang Romawi justru melihat Kronus secara lebih positif. Bagi orang Yunani, Kronus hanyalah fase di antara Uranus dan Zeus, namun orang Romawi menganggap pernannya jauh lebih penting dari itu. Mereka menggabungkan Kronus dengan dewa Saturnus dari mitologi Romawi. Festival Saturnalia digelar untuk Saturnus, dan setidaknya ada satu kuil Saturnus pada masa Kerajaan Romawi.

Kaitannya dengan Zaman Emas Saturnus menjadikan Kronus sebagai dewa "waktu manusia", contohnya kalender, musim, panen — harap bedakan dari Khronos, perwujudan waktu secara umum dan tidak berhubungan dengan Kronus.

Sebagai akibat dari pentingnya Kronus bagi orang Romawi, Saturnus (sebagai versi Romawinya) ikut berpengaruh dalam budaya Barat. Salah sau hari dalam bahasa Inggris dinamai Saturday (hari Saturnus), selain itu ada juga planet yang diberi nama Saturnus.

Referensi
1. ^ Andrew Lang menyebutnya Kronos,sebuah nama yang bukan merupakan nama Yunani maupun Latin, seperti diamati oleh Robert Brown dalam Semitic Influence in Hellenic Mythology, 1898:112-13.
2. ^ LSJ entry Κρόνος
3. ^ Rose, A Handbook of Greek Mythology 1928:43.
4. ^ "Kami ingin mempertimbangkan apakah kata Semit q r n bisa berhubungan dengan nama Kronos," saran A. P. Bos, pada akhir 1989, dalam Cosmic and Meta-cosmic Theology in Aristotle's Lost Dialogues, 1989:11 catatan 26.
5. ^ As in H. Lewy, Die semitischen Fremdwörter in Griechischen, 1895:216.
6. ^ Brown 1877:ii.127.
7. ^ Hislop, edisi kedua. 1862 (p.46).
8. ^ Julukan Karnios untuk Apollo merupakan bentukan lain dari kata yang sama." Dalam Himne Orfeus, Apollo disebut sebagai 'Dewa bertanduk dua'".
9. ^ Brown, Semitic Influence in Hellenic Mythology, 1898:112ff.
10. ^ Lang, Modern Mythology 1897:35.
11. ^ "Philôn, yang tentu saja menganggap Kronos sebagai dewa Hellenis, yang memang pada akhirnya menjadi begitu, selalu menyebut nama dewa Semit Îl atau Êl ('yang Berkuasa') sebagai 'Kronos'," (Brown 1898:116)
12. ^ Hesiod, Theogonia. 188.
13. ^ Diodorus Siculus, Buku III
14. ^ Walcot, "Five or Seven Recesses?" The Classical Quarterly, New Series, 15.1 (Mei 1965), hlm. 79..
15. ^ Eusebius dari Caesarea: Praeparatio Evangelica Buku 1, Bab 10.

No comments: