Wednesday, 3 September 2008

diskusi bawah pohon

DISKUSI
BAWAH POHON

Senin, 31 maret 2008 pukul 16.04 seperti biasa teman-teman mahasiswa kelautan melaksanakan diskusi yang biasa teman-teman sebut dengan istilah ”Diskusi Bawah Pohon” yang mengundang salah seorang dosen kelautan sebagai pembicara. Ini adalah inisiasi untuk menghilangkan kejenuhan kuliah di dalam ruangan dengan membawanya ke luar di alam terbuka.

Pada kesempatan tersebut, teman-teman mengundang Dr. Rohani sebagai pembicara. Beliau adalah pembicara keempat yang telah diundang . yang pertama adalah Prof. Ambo yang membahas “Global Warming”. Pembicara kedua adalah Dr. Inayah yang membahas “Sistem Pendidikan Tinggi di Kelautan (Peluang Dan Tantangan). Pembicara ketiga adalah Ir. Marzuki yang membahas “kerusakan pantai”. namun, tidak sempat kami membuatkan tulisan tentang diskusi tersebut sebagai output.

Pada diskusi kita kemarin bersama ibu rohani membahas mengenai ”masalah mahasiswa sulit menentukan penelitiannya?”. beliau banyak menyinggung tentang perkuliahan, praktek di laboratorium maupun di lapangan, sistem pengolahan data sampai kepada penulisan skripsi mahasiswa.

Diskusi yang kemudian semakin alot sampai membicarakan tentang keadaan praktikum di laboratorium dan praktek lapang yang semakin menurun kualitasnya yang berimbas ke kemampuan mahasiswa menentukan penelitian. Ini juga terkait dengan kerja-kerja asisten, peran asisten dan kekakuan sikap asisten terhadap praktikan.

Berbagai asumsipun keluar dari peserta diskusi diantaranya kurangnya peran dosen dipraktikum maupun praktek lapang, hilangnya forum-forum diskusi di kalangan mahasiswa, fenomena mahasiswa kuliah-pulang-kuliah-pulang yang menyebabakan intensitas pertemuan sesamanya sedikit, sebagian asisten arogan terhadap praktikan dan masih banyak lagi yang sempat kami tuliskan.

Diskusi berlanjut, ibu rohani mengatakan ”memang ada sistem praktikum yang tidak jalan lagi sebagaimana ketika beliau sebelum berangkat sekolah dan setelah kembali”. ”duluya itu dosen mendampingi proses praktikum maupun praktek lapang”. Hal senada juga pernah diungkapkan oleh ibu inayah. Dampaknya pada praktek lapang ekola baru-baru ini 29 maret 2008 yang salah prosedur pengambilan data. Kasihan praktikan sudah berlelah-lelah nyatanya tidak dapat apa-apa.

Hal lain yang dibahas oleh ibu rohani tentang pentingnya penguasaan mahasiswa terhadap metode pengolahan data seperti uji statistik untuk kedua konsentrasi, baik itu konservasi maupun eksplorasi. Melihat adanya asumsi di kalangan mahasiswa sendiri bahwa konservasi itu cuma di laboratorium sedangkan eksplorasi banyak menghitung-menghitungnya. Ternyata, konservasi tetap menganalisis dengan uji statistik pada saat penelitian.

Ibu juga sempat menyinggung penulisan skripsi mahasiswa yang masih banyak kekurangan dimetode penulisannya. Entah karena kurang latihan menulis atau ada faktor lain.

Itulah sekelumit gambaran diskusi bawah pohon kami yang telah berjalan selama tiga bulan terakhir dengan menghasilkan empat pertemuan. Ini adalah langkah awal untuk menghidupkan kembali suasana kampus yang selama ini terasa menjemukan. Melalui diskusi ini pula kita dapat kumpul bersama lagi, mencurahkan masalah yang ada di kepala, menjalin silaturahmi dengan kanda-kanda dosen kita.

Mudah-mudahan forum-forum diskusi seperti ini dapat ”menjamur” dan ”mewabah” di berbagai sudut kampus, mengembangkan wawasan kita, tidak menutup diri dan berbagi satu sama lain. Dukungan juga kami harapkan dari pihak jurusan dan lembaga-lembaga nonformal yang ada di kelautan untuk turut berpartisipasi menghidupkan forum seperti ini.

Akhir kata,
Kawan, bangunlah.......
Dari tidurpanjang mimpi yang melalaikan kita dari pedulidengan sekitar
Kawan, cuci mukamu.......
Dari topeng yang selama ini menutupi keburukan intelektual yang kita elu-elukan
Kawan, gosok gigimu.......
Tuk membersihkan mulut dari kata-kata sok bijak yang menipu

KONGRES KEMA KELAUTAN
ANTARA KEPENTINGAN “ORANG TUA” ATAU GENERASI BARU

Suatu hal yang lazim disetiap lembaga kemahasiswaan di manapun di dunia ini,akhir dari kepengurusan menyelenggarakan MUBES ataupun KONGRES yang didalamnya membahas tentang laporan pertanggungjawaban kepengurusan sebelumnya kepada keluarga mahasiswanya dan kemudian dievaluasi lalu merekomendasikan hal-hal yang dianggap perlu kepada pengurus yang baru nanti.

Hal yang paling ”krusial” adalah dipembahasan AD/ART, karena merupakan acuan hukum lembaga mengambil keputusan didalam perjalanannya kedepan.

Namun, ada satu hal yang”ANEH”. Khususnya pada KONGRES yang dilaksanakan anak kelautan, 4-5 april 2008 di malino kemarin. Pembahasan AD/ART yang begitu alotnya ternyata didominasi oleh ”buah kepala” orang tua yang harusnya diharapkan lebih berperan aktif adalah angkatan muda.

Berbagai asumsi pun dimunculkan, baik dari angkatan tua sampai angkatan muda.”malu-malu katanya angkatan muda bicara klo di depan angkatan tua”, ”angkatan muda masih baru,presidium saja disepakati 5 orang dengan komposisi 2 angkatan 05, 2 angkatan 06 dan 1 angkatan 07” artinya memang angkatan muda belum terlalu dipercaya, apalagi kalo mau dilepas membahas AD/ART, ”Apa Kata Dunia?”.

Salah satu pembahasan AD/ART yang paling banyak menyita waktu adalah masalah nama lembaga, apakah KMF ITK-UH atau KEMA KELAUTAN UH. Dengan berbagai rasionalisasi dari para peserta sidang pun saling beradu untuk meyakinkan satu sama lain.

Sekali lagi perdebatan tersebut cuma ”Diwarnai” oleh angkatan tua.jelas saja,karena angkatan muda tidak mengerti hal yang menjadi substansi dari sejarah nama lembaga tersebut.

Jadi, apakah para angkatan tua harus memaksakan kepada angkatan muda untuk mengetahui sejarah nama lembaga kelautan tersebut sehingga mereka menjalankan lembaga seperti cita-cita yang telah diturunkan oleh para pendahulunya, atau mereka angkatan muda cukup tahu saja dan mereka boleh menjalankan lembaga sesuai dengan cita-cita mereka sendiri yang mereka anggap lebih mereka butuhkan atau mereka inginkan?
Pertanyaan itu yang kemudian menjadi pertanyaan untuk kita semua, ”Lembaga Itu Milik Orang Tua Atau Generasi Pelanjutnya?”.







KELUARGA MAHASISWA ”ADA APA DENGANMU?”

Fenomena keluarga mahasiswa yang ”Enggan” melihat lembaganya, entah karena mereka memang tidak perduli sama sekali (kuliah saja), mereka masih peduli cuma persoalan malas berlembaga, atau mereka peduli mereka mau hanya persoalan kesempatan yang tidak diberikan dan masih banyak alasan lagi.

Itu adalah hak mereka untuk memilih, tak seorangpun berhak memaksakan kehendak kepada mereka apapun dia, mau senior baru atau senior tua, PD III, Ketua Jurusan, Rektor, Menteri bahkan Presiden pun tak berhak memaksa mereka.

Inilah yang perlu kita sadari bersama. Kenapa lembaga mahasiswa hari ini ”kosong” atau ”sepi pengunjung”, karena mereka ”terpaksa” dan dipaksa oleh senior mereka ketika pertama kali menjadi maba (mahasiswa baru). Senior dengan sikapnya yang memaksa, membentak, bahkan sampai tingkat ”memukul” maba dengan alasan ”ini kan membangun mental mereka”, menjadi pembenaran senior tuk berbuat sesuka hatinya entah niatnya baik atau memang mau mengerjai karena mereka dulu diperlakukan seperti itu ketika masih maba. ”Emangnya lembaga kemahasiswaan itu lembaga kemiliteran?”

Dalam perjalanannyapun Orientasi Mahasiswa Baru Kelautan (OMBAK), dihiasi dengan ancaman senior, ”kalo tidak ikutko nanti kuliahmu akan dipersulit, tidak boleh jalan di koridor, pokoknya tidak tenang hatimu kalo ke fakultas kuliah” dan masih banyak lagi ancaman senior kepada maba. Dengan keadaan seperti inilah calon keluarga yang tertekan terus saja menjalani prosesinya, akhirnya setelah prosesi OMBAK berakhir maka berakhir pula masa ”perbudakan” menuju ke masa kebebasan. Alhasil, inilah keadaan keluarga mahasiswa hari ini.

Akhir kata........,
Tolak Kekerasan........Tolak Perpeloncoan.........dan Tolak BHP.

ASISTEN KU
”MANUSIA BIASA, NABI BARU, atau TUHAN”

Negeri ini memang tidak pernah luput dari musibah, menyerang hampir seluruh sektor. Kelangkaan BBM, kekerasan polisi di kendari terhadap mahasiswa, harga BBM melambung, harga barang sembako pun ikut melonjak, kelaparan, banjir, penggusuran dan masih banyak lagi.

Musibah juga menghampiri dunia pendidikan, kemarin mahasiswa semakassar yang menyebut diri mereka Gerakan Rakyat Makassar tolak BHP (GERAM tolak BHP) berunjuk rasa menentang pengesahan RUU BHP yang dianggap mengkomersilkan pendidikan.

Di kelautan juga terjadi “Musibah”, praktikum ataupun praktek lapang yang seharusnya menjadi tempat yang sangat baik sebagai proses belajar berubah menjadi ”Momok Yang Menakutkan” untuk praktikan. Asisten dengan sikap yang menurut praktikan “Berlebihan” telah memberikan dampak yang buruk terhadap jalannya praktikum maupun praktek lapang dan hal yang substansi tidak tersentuh.

Diantara sikap asisten adalah dengan semaunya melakukan pengurangan nilai yang biasa dikenal istilah “MINUS” jika telat atau tidak asistensi laporan, harus “ACC” laporannya bab I, II, dan III sebelum turun lapangan, jika tidak maka mereka tidak diizinkan ikut praktek. Itu merupakan metode dari masing-masing asisten untuk mendisiplinkan praktikannya. Tidak ada yang salah dengan itu, selama masih dalam batas-batas kewajaran tentunya. Tetapi, dengan sampai menyebabkan praktikan ”Meneteskan Air Mata” karena takut dengan ancaman asistennya, apa yang salah kalau begini?

Belum lagi sikap asisten yang merasa diri selalu paling benar (Seperti Nabi) sehingga seluruh penulisan laporan berpatok pada asisten, mereka menjadi dasar. Itupun, setiap asisten mempunyai ”Versi” yang berbeda-beda untuk standar penulisan laporan.

Dibalik sikap ”Ketegasan” menurut asisten, ”Berlebihan” menurut praktikan telah menghilangkan rasa kekeluargaan diantara mereka (asisten dan praktikan). Asisten tidak mau tahu alasan praktikan, menjadi kaku, tidak mau mengerti keadaan mereka dengan mengatakan ”saya tidak mau tahu, pokoknya laporanmu harus ada untuk diasistensi bagaimanapun caranya”. Padahal, mungkin saja ada sesuatu hal yang menimpa mereka entah data yang terserang virus, komputer rusak, printer rusak dan lain-lain.

Tidak dipungkiri juga ada praktikan yang karena memang dasarnya ”Malas” memanfaatkan alasan tersebut untuk tidak membuat laporan. Pertanyaannya ”bagaimana mentaktisinya?”. ini menjadi permasalah bersama asisten untuk mengambil sikap.

Dan juga saran kepada pihak Jurusan untuk mau memberikan perhatian terhadap masalah ini, mencari solusi demi kebaikan bersama.

Penutup..........
Kepada kawan asisten, kalian juga manusia biasa bukan TUHAN yang maha sempurna.
















































Prof. Ambo sebagai pembicara dengan moderator kawan Chia ’04













Suasana Diskusi Bawah Pohon
di depan Senat Keluarga Mahasiswa Kelautan
















Ir. Marzuki sebagai pembicara












Suasana diskusi di musholla kelautan


Sabtu, 31 maret 2008
Diskusi bawah pohon bersama Dr. Rohani











Ibu Rohani sebagai Pembicara












Peserta dengan santai mengikuti diskusi

PASCA KONGRES MALINO
“Biasa Saja”, itu mungkin kata yang paling tepat untuk menggambarkan suasana keluarga mahasiswa pasca kongres di malino kemarin. Seperti tidak ada yang istimewa atau “memang tidak istimewaji” kongresnya kelautan. Sebagian besar mahasiswa kembali kekesibukan kuliahnya, tugas dari dosen, asistensi praktikum, praktek di laboratorium, kerja laporan dan masih banyak lagi.

Entah apa yang ada di dalam benak keluarga mahasiswa, tapi satu yang mungkin “pusing amat dengan lembaga, saya ke kampus untuk kuliah” . Tidak bisa dipaksakan juga kepada keluarga mahasiswa untuk eksis di lembaga. Itu adalah hak mereka untuk memilih. Tapi ada pernyataan “saya malas di lembaga karena tidak ada yang lembaga dapat berikan kepada saya” kata-kata ini pernah terlontar dari keluarga mahasiswa. Jadi, bagaimana solusinya kalau begitu?

Pola pikir keluarga mahasiswa yang seperti kayak begitu merupakan salah satu sebab kenapa lembaga kemahasiswaan hari ini “sepi”. Kalau saya bisa analogikan seperti ini, kampus itu sebenarnya tidak memberikan kita apa-apa, tapi karena kita mendatanginya kemudian belajar di dalamnya sehingga bisa dikatakan kita telah mendapatkan sesuatu dari kampus. Sama halnya dengan lembaga mahasiswa, kita tidak akan mendapatkan apa-apa jika kita hanya diam tidak mendatanginya, ikut dalam proses di dalamnya karena semuanya adalah proses belajar.

Tidak ada jaminan juga bahwa orang-orang yang berlembaga itu lebih baik dibandingkan dengan mahasiswa yang hanya focus diakademiknya. Tapi satu yang penulis mau tekankan, “tidak akan pernah ada ruginya bagi orang-orang yang terus mau belajar”. Tidak membatasi diri dengan akademik saja.

Rapat akbar sabtu, 19 april 2008 merupakan wadah yang sangat baik untuk keluarga mahasiswa untuk menyampaikan suaranya, keinginannya, ketidaksukaannya untuk lembaganya. Jangan ada lagi “bicara belakang” dari keluarga mahasiswa.
PROGRAM HIBAH KOMPETENSI A2
“UNTUK DOSEN, MAHASISWA, ATAU FASILITAS?”

“peningkatan kualitas pembelajaran jurusan ilmu kelautan untuk menghasilkan lulusan yang terampil, unggul, bermoral dan mandiri” adalah tulisan yang tertulis di sisi atas selebaran yang diedarkan oleh pihak jurusan ketika sosialisasi program hibah kompetensi A2 kemarin.

Tidak tahu itu visi, tujuan atau apa, yang pasti itu merupakan niatan yang baik dari pihak jurusan ilmu kelautan untuk memajukan kualitasnya khususnya lulusan ilmu kelautan nantinya. dalam perjalanannya, program hibah ini menekankan pada lima program yaitu:
1. Peningkatan kualitas input
2. Peningkatan kualitas proses pembelajaran
3. Peningkatan keterampilan mahasiswa
4. Pengembangan kompetensi, inovasi dan mutu dosen serta staf administrasi dan;
5. Pengembangan system manajemen informasi jurusan

Perubahanpun mulai tampak. Mulai dari ruangan kuliah yang dipasang kipas angin kemudian ditambah dengan AC, fasilitas internet untuk mahasiswa, dosen yang tugas belajar, metode belajar yang berubah dari teaching ke learning, fasilitas mengajar dosen berupa laptop dan LCD, pembelian computer untuk beberapa laboratorium, perbaikan tempat duduk mahasiswa di koridor, dan masih banyak perubahan yang lain. Akan tetapi, perubahan yang ada tidak jelas dari mana sumbernya. Maksudnya, apakah karena hibah A2 atau ada sumber pendanaan yang lain?. bisa dikatakan ini akibat tidak adanya sosialisasi maupun transparansi dari pihak jurusan.

Beberapa tujuan dalam point-point program di atas diantaranya “ketersediaan sarana proses pembelajaran” dan “peningkatan keterampilan mahasiswa dalam hal computer dan teknologi informasi”. Ini ditandai dengan pengadaan beberapa computer dan akses internet untuk mahasiswa. Ironinya, computer tersebut tidak dapat diakses mahasiswa melainkan di ruangan khusus di laboratorium untuk orang-orang tertentu seperti asisten dan pengelola lab. Hal yang lain fasilitas internet yang ada. Mahasiswa yang mau menggunakan internet dikenakan bayaran. Ada yang gratisan tetapi komputernya lambatnya “minta ampun”, karena computer tua dengan spesifikasi yang bisa dibilang rendah.

Tujuan lain adalah “mengembangkan kompetensi, inovasi dan budaya mutu dosen”. Ini ditandai dengan beberapa dosen yang berangkat tugas belajar program S3. Ini mungkin suatu hal yang positif untuk pengembangan, tetapi untuk pengembangan mahasiswa terlihat sepertinya jurusan “setengah-setengah”

Ini mungkin saja masih dalam proses menuju yang lebih baik, kita harapkan jurusan mampu memberikan yang terbaik










Suasana diskusi bersama Pak Cido’ di bawah koridor
Hari itu cuaca lagi hujan











Tampak serius Pak Neil cerita tentang nelayan








Kawan-kawan yang juga serius menyimak

semuanya “DOSEN, MAHASISWA DAN FASILITAS”.
























Suasana ceria diskusi yang dibarengi dengan senyuman kawan-kawan

Diskusi Bawah Pohon
Assalamu ‘alaikum,
Rabu, 13 agustus 2008 pukul 16.00 lewat sedikit, seperti biasa kawan-kawan kelautan menggelar dikusi bawah pohon bersama pembicara Dr. Ir Joeharnani Tresnati, DEA yang biasa disapa “ibu nani”, beliau adalah ketua jurusan perikanan.

Sebelumnya, diskusi kita bersama Dr. Mahatma membicarakan tentang “Hibah Kompetensi A2” yang telah memasuki tahun ke-2 di Jurusan Ilmu Kelautan, sampai sejauh mana pemanfaatannya untuk kepentingan jurusan, dosen dan mahasiswa. Beberapa diantara pemanfaatannya adalah pembelian 4 unit komputer yang didistribusikan ke beberapa laboratorium yaitu lab. SIG, Lab. Oseanografi Kimia, dan lab. Oseanografi Fisika. Bentuk lain adalah pelatihan-pelatihan yang mengirim laboran dan dosen untuk peningkatan kualitas.

Bersama Pak Rasyid PD III FIKP, membahas masalah “BKM (bantuan khusus mahasiswa)”, kriteria mahasiswa yang seperti apa yang mendapatkan dana BKM ini, karena dalam perjalanannya mahasiswa Cuma dipanggil untuk memenuhi kuota yang ada di FIKP tanpa melihat kriteria, dan juga pernyataan pak cido’ “jangan dihalangi teman-teman yang mau mengambilnya”, permasalahan yang lain juga adalah sumber dana BKM yang merupakan dana dari kompensasi BBM yang ditarik kemudian juga dibagikan ke mahasiswa dalam bentuk BKM.

Pembicara kita yang lain juga adalah pak Neil, dosen jurusan antropologi fakultas ilmu sosial dan politik. Beliau juga dosen di jurusan Ilmu kelautan mata kuliah Antropologi Maritim. Beliau membicarakan tentang ”polemik masyarakat nelayan”, dimana nelayan di indonesia itu miskin, melakukan perusakan lingkungan, tereksploitasi, dan masih tradisional. Akan tetapi, dalam realitanya ternyata mereka itu tidak miskin melainkan manajemen ekonomi mereka yang tidak baik. Masalah perusakan lingkungan dengan bom dan racun, namun walaupun perairan dibom, tetapi ikan tidak habis. Hal ini disebabkan perairan indonesia merupakan jalur migrasi ikan dan tempat makan ikan akibat pertemuan dua arus dunia. Ekploitasi oleh ponggawa namun jika ditanya pada sawi, maka mereka justru marah ketika dianggap ponggawa mengekploitasi mereka.

Pada diskusi kita kali ini bersama ibu nani, ada suasana lain yang beda sebagaimana diskusi-diskusi kita sebelumnya. Yaitu suasana kebersamaan dan kesetaraan, sambil menikmati kue dan minuman yang dibawa oleh ibu. Lengkap sudah keceriaan kawan-kawan berdiskusi.

Yang menjadi topik pembicaraan kawan-kawan bersama ibu nani adalah tentang ”kritik akademik”. Diantara yang beliau kritik adalah masa studi 3,5 tahun khususnya untuk mahasiswa kedokteran. ”Apakah kualitasya dapat dijamin?”, karena ini menyangkut nyawa manusia tandas ibu. Jika mahasiswa kelautan dan perikanan sah-sah saja. Masalah lain yang dibahas adalah ”fenomena mahasiswa yang memprogramkan mata kuliah yang ternyata pada semester sebelumnya telah dia lulusi”. Ada dua kasus yang dijadikan contoh, yaitu mahasiswa perikanan yang telah memprogramkan mata kuliah yang telah dia lulusi sebelumnya dengan nilai B, karena dia program lagi akhirnya nilai yang keluar D. Kasus kedua adalah kawan kelautan yang memprogram mata kuliah dengan nilai A, kemudian dia program lagi dan ”beruntung” nilainya A kembali.

Mengapa hal seperti ini bisa terjadi?, apakah karena kurangnya perhatian dari PA (penasihat akademik), atau tidak teraturnya administrasi pengurusan KRS oleh birokrasi kita, atau memang mahasiswanya sendiri tidak terlalu peduli dengan kuliahnya?.

”TERNYATA !!! BISA JUGA KITA NGUMPUL”

Kamis-jum’at, 14-15 agustus 2008, teman-teman keluarga mahasiswa kelautan mengadakan acara 17an. Momen ini dimanfaatkan untuk membuat suasana yang berbeda dari hari–hari sebelumnya yang dimonotoni oleh ”kuliah”. Bukan untuk merayakan kemerdekaan, melainkan untuk mengumpulkan teman-teman, bercanda, bercerita dan apa saja yang jelas intinya ”ngumpul bareng”.

Berbagai rangkaian acarapun digelar, mulai dari nonton bareng film ”naga bonar”, alat band, lapakan buku yang diisi oleh ”IDEFIX” (toko buku mini), penerbit buku ”ININNAWA”, dan komunitas bawah pohon kelautan. Menjelang sore hari, acara diisi dengan olah raga. Ada tennis meja, bulu tangkis, volly dan tidak pernah ketinggalan sepak bola.

Tak lupa juga disuguhkan konsumsi berupa es buah bagi teman-teman yang hadir pada hari itu. Sega....rrr, yang terucap ketika menikmati suguhannya setelah kelelahan berolahraga.

Acara ini tidak hanya dimeriahkan teman-teman keluarga mahasiswa, melainkan bapak-ibu dosen kita pun juga turun untuk ikut ngumpul bersama kita. Beberapa nama antara lain Prof. Iqbal (Ketua Jurusan), Dr. Farid (Ketua Program Studi), Dr. Nurjannah dan pak Ahmad faisal. Beliau-beliau ini walaupun lagi sibuk-sibuknya tetapi masih bisa meluangkan waktunya untuk berbaur dengan anak mahasiswanya. Tak ketinggalan pula bapak-bapak kita di akademik yang juga turut bergabung.

Lengkap sudah mulai dari mahasiswa angkatan tua sampai angkatan muda, alumni, dosen, petugas akademik, hingga cleaning service berbaur bersama yang mana selama ini kita sering bertemu yang tidak lain karena tuntutan perkuliahan maupun urusan administrasi, bahkan karena terlalu sibuknya kita tidak sempat untuk saling sapa satu sama lain.

Mungkin suasana seperti ini akan menjadi semakin langka ditemukan, akan tetapi ini bisa jadi langkah awal untuk memulai lagi suasana kampus yang kondusif, ceria, semangat dan apa saja yang penting kita semua senang. Tidak seperti ”ROBOT” yang kaku, berjalan, berlalu tanpa ada tegur sapa satu sama lain.

No comments: