Tuesday 23 September 2008

Manusia danAlam semesta

BAB 1 - Manusia Dan Binatang
Manusia merupakan sebangsa binatang. Dia memiliki banyak kesamaan dengan binatang lainnya. Pada saat yang sama manusia memiliki banyak ciri yang membedakan dirinya dengan binatang lainnya, dan ciri-ciri ini menempatkannya lebih unggul daripada binatang. Ada ciri-ciri utama yang mendasar, yang membedakan manusia dengan makhluk hidup lainnya. Sifat-sifat manusiawi manusia ditentukan oleh ciri-ciri ini. Ciri-ciri ini, yang juga menjadi sumber dari apa yang dikenal sebagai budaya manusia, berkaitan dengan dua hal. Yaitu, sikap dan kecenderungan.
Pada umumnya binatang memiliki kemampuan melihat dan mengenal dirinya sendiri dan dunia sekitarnya. Dan dengan berbekal pengetahuan yang didapat dari melihat dan mengenal ini, binatang berupaya mendapatkan apa yang diinginkannya. Seperti binatang lainnya, manusia juga memiliki banyak keinginan. Dan dengan bekal pengetahuan dan pengertiannya, manusia berupaya mewujudkan keinginannya. Manusia berbeda dengan makhluk hidup lainnya. Bedanya adalah manusia lebih tahu, lebih mengerti, dan lebih tinggi tingkat keinginannya.
Kekhasan ini —yang dimiliki manusia— membedakan manusia dengan binatang, dan membuat manusia lebih unggul daripada binatang lainnya.
Pengetahuan dan Keinginan Binatang
Hanya melalui indera (alat untuk merasa, mencium bau, mendengar, melihat, meraba, dan merasakan sesuatu secara naluri—pen.) yang dimiliki, binatang mengenal (mengetahui) dunia. Itulah sebabnya. Pertama, pengetahuannya dangkal. Pengetahuannya tidak sampai menguasai detail sesuatu dan tidak memiliki akses ke hubungan-hubungan internal yang terjadi dalam sesuatu itu. Kedua, pengetahuannya parsial dan khusus, tidak universal dan tidak umum. Ketiga, pengetahuannya regional (terbatas pada wilayah tertentu), karena terbatas pada lingkungan hidupnya dan tidak lebih dari itu. Keempat, pengetahuannya terbatas pada saat sekarang dan tidak berkenaan dengan masa lalu dan masa mendatang. Binatang tidak mengetahui sejarahnya sendiri atau sejarah dunia. Karena itu, binatang tidak berpikir tentang masa depannya, dan juga tidak merencanakan masa depannya.
Dari segi pengetahuannya, binatang tak sanggup keluar dari kerangka lahiriahnya, kekhususannya, lingkungan hidupnya, dan masa sekarangnya. Binatang tak pernah lepas dari keempat bidang ini. Kalau saja secara kebetulan dapat melewati batas-batas keempat bidang ini, itu terjadi secara naluriah dan tidak sadar, bukan karena kehendak dan pilihannya sendiri.
Seperti pengetahuannya, tingkat keinginan dan hasrat binatang juga terbatas ruang lingkupnya. Pertama, segenap hasratnya bersifat material, dan tidak lebih dari makan, minum, tidur, bermain, kawin, dan membuat sarang. Binatang tidak memiliki kebutuhan spiritual, nilai moral dan sebagainya. Kedua, segenap keinginannya bersifat pribadi dan individualistis, berkaitan dengan binatang itu sendiri, atau paling banter berkaitan dengan pasangan dan anak-anaknya. Ketiga, binatang bersifat regional, yaitu berkaitan dengan lingkungan hidupnya saja. Keempat, binatang bersifat seketika itu, yaitu berkaitan dengan masa sekarang.
Dengan kata lain, dimensi keinginan dan kecenderungan dalam eksistensi binatang ada batasnya, begitu pula dimensi eksistensi pengetahuannya. Dari sudut pandang ini juga, binatang harus hidup dalam batas tertentu. Jika binatang mengejar sasaran yang berada di luar batas ini dan misalnya, yang berkenaan dengan spesiesnya pada umumnya dan bukan dengan satu individu atau berkenaan dengan masa depan dan bukan dengan masa kini, sebagaimana terlihat terjadi pada binatang tertentu yang hidup berkelompok seperti lebah, itu terjadi secara tak sadar, secara naluri, dan karena aturan langsung dari kekuatan yang telah menciptakannya dan yang mengatur seluruh alam.
Pengetahuan dan Keinginan Manusia
Wewenang manusia di bidang pengetahuannya, informasi dan pandangannya, dan di bidang keinginan dan kecenderungannya, sangat luas dan tinggi. Pengetahuannya berangkat dari sisi eksternal sesuatu menuju sisi realitas internal sesuatu itu, saling hubungan yang terjadi di dalam sesuatu itu, dan menuju hukum yang mengatur sesuatu itu. Pengetahuan manusia tidak terbatas pada ruang atau waktu tertentu. Pengetahuan manusia mengatasi batas-batas seperti itu. Di satu pihak, manusia mengetahui peristiwa yang terjadi sebelum dia lahir, dan di lain pihak manusia bahkan mengetahui planet-planet selain bumi dan bintang-gemintang. Manusia mengetahui masa lalu maupun masa depannya. Dia mengetahui sejarahnya sendiri dan sejarah dunia, yaitu sejarah bumi, langit, gunung, sungai, tumbuhan dan organisme hidup. Yang menjadi pemikiran manusia bukan saja masa depan yang jauh, namun juga hal-hal yang tak terhingga dan abadi. Sebagian dari hal-hal ini diketahui oleh manusia. Manusia bukan sekadar mengetahui keanekaragaman dan kekhasan. Dengan maksud menguasai alam, manusia mencari tahu tentang hukum alam semesta dan kebenaran umum yang berlaku di dunia.
Dari sudut pandang ambisi dan aspirasinya, kedudukan manusia luar biasa, karena dia adalah makhluk yang idealistis, tinggi cita-cita dan pemikirannya. Sasaran yang juga ingin dicapainya adalah sasaran yang sifatnya non-material dan tidak mendatangkan keuntungan material. Sasaran seperti ini adalah sasaran yang menjadi kepentingan ras manusia seluruhnya, dan tidak terbatas pada dirinya dan keluarganya saja, atau tidak terbatas pada wilayah tertentu atau waktu tertentu saja.
Manusia begitu idealistis, sampai-sampai dia sering lebih menomorsatukan akidah dan ideologinya dan menomorduakan nilai lain. Dia bahkan menganggap melayani orang lain lebih penting daripada mewujudkan kesejahteraannya sendiri. Dan manusia memandang duri yang menusuk kaki orang lain seperti seakan menusuk kakinya sendiri atau bahkan matanya sendiri. Dia merasa bersimpati kepada orang lain dan mau berbagi suka dan duka. Manusia begitu penuh dedikasi kepada akidah dan ideologi sucinya, sampai-sampai dia mudah mengorbankan hidupnya demi akidah dan ideologi sucinya itu. Segi manusiawi dari budaya manusia yang dianggap sebagai roh sejati budaya tersebut merupakan hasil dari perasaan dan keinginan seperti itu.
Dasar dari Karakter Manusia
Berkat upaya kolektif manusia selama berabad-abad, manusia memiliki pengetahuan dan pemahaman yang luas tentang dunia. Informasi yang didapat kemudian dihimpun dan dikembangkan. Setelah mengalami proses dan sistematisasi, informasi ini kemudian menjadi dikenal sebagai "ilmu" dalam artinya yang lebih luas, yaitu jumlah seluruh gagasan manusia tentang kosmos (alam semesta). Di dalamnya tercakup juga filsafat, sebuah produk dari upaya kolektif manusia yang diberi bentuk logika yang khusus.
Kecenderungan spiritual dan tingginya kesadaran manusia ada karena manusia mempercayai realitas-realitas tertentu dunia ini, dan karena dedikasinya kepada realitas-realitas tersebut. Realitas-realitas ini sifatnya bukan individualistis dan juga bukan material. Sifatnya komprehensif dan umum, di dalamnya tak ada soal keuntungan ekonomi, dan pada gilirannya merupakan hasil dari pengetahuan dan pemahaman tertentu mengenai dunia yang disampaikan kepada manusia oleh para nabi, atau dilahirkan oleh pemikiran idealistis sebagian filosof.
Bagaimanapun juga, kecenderungan spiritual dan suprahewani lebih tinggi yang ada pada diri manusia, jika dasarnya adalah infrastruktur doktrinal dan intelektual, memakai nama agama. Karena itu, kesimpulannya adalah bahwa yang membedakan secara mendasar antara manusia dan makhluk hidup lainnya adalah pengetahuan dan agama, dan bahwa pengetahuan dan agama merupakan dasar dari ras manusia, dan ras manusia ini bergantung pada pengetahuan dan agama.
Sudah banyak dibahas tentang perbedaan antara manusia dan spesies binatang lainnya. Sebagian berpandangan bahwa antara manusia dan spesies binatang lainnya itu tak ada perbedaan yang mendasar. Mereka mengatakan bahwa perbedaan pengetahuan merupakan perbedaan kuantitas, atau paling banter perbedaan kualitas, namun bukan perbedaan hakikat. Mereka memandang tidak begitu penting prestasi-prestasi manusia yang luas dan luar biasa di bidang pengetahuan, padahal prestasi-prestasi ini menarik perhatian filosof-filosof besar Timur dan Barat.
Kelompok sarjana ini mengatakan bahwa dari sudut pandang keinginan dan hasratnya, manusia tak lebih daripada binatang.[1] Sebagian yang lain percaya bahwa perbedaaan utamanya adalah perbedaan kehidupan. Manusia adalah satu-satunya binatang yang sepenuhnya hidup. Binatang yang lain tak memiliki perasaan, dan tak tahu suka dan duka. Binatang yang lain ini hanyalah mesin-mesin yang setengah hidup. Karena itu, definisi yang sebenarnya mengenai manusia adalah bahwa manusia adalah makhluk hidup.[2] Pemikir-pemikir lain tidak mempercayai itu, dan berpendapat bahwa antara manusia dan makhluk hidup lainnya itu ada per¬bedaan yang mendasar. Kelihatannya fokus masing-masing kelompok sarjana ini adalah satu karakteristik manusia. Itulah sebabnya manusia lalu didefinisikan dengan begitu banyak cara yang berlainan. Manusia digambarkan sebagai binatang yang rasional, makhluk yang benar-benar berupaya mendapatkan apa yang dikehendakinya, makhluk yang tak ada ujungnya, makhluk yang idealis, makhluk yang mencari nilai-nilai, binatang metafisis, makhluk yang tak pernah terpuaskan, makhluk yang tak ada batasannya, makhluk yang bertanggung jawab, makhluk yang berpandangan ke depan, agen (faktor atau instrumen) yang bebas, makhluk yang memberontak, makhluk yang suka ketertiban sosial, makhluk yang suka keindahan, makhluk yang suka keadilan, makhluk berwajah ganda, makhluk yang romantis, makhluk yang intuitif, makhluk yang mempercayai standar ganda, makhluk yang dapat mencipta, makhluk yang kesepian, makhluk yang memiliki perhatian kepada publik, makhluk yang fundamentalis, teoretis, dan dapat membuat peralatan, makhluk supranaturalis, imajinatif, spiritualis, transendentalis, dan sebagainya.
Tak pelak lagi, masing-masing keterangan ini benar, dilihat dari kualitas-kualitas esensialnya masing-masing. Akan tetapi, jika kita mau mendapatkan ungkapan yang mencakup semua perbedaan mendasarnya, maka harus kita katakan bahwa manusia adalah binatang yang berpengetahuan dan beragama.
Apakah Sisi Manusiawi Manusia Itu Suprastruktur
Kita tahu bahwa manusia adalah sebangsa binatang. Manusia memiliki banyak kesamaan dengan binatang lainnya. Namun manusia juga memiliki banyak karakteristik khas. Karena memiliki banyak kesamaan dan perbedaan dengan binatang lainnya, manusia memiliki kehidupan ganda: Kehidupan binatang dan kehidupan manusia, kehidupan material dan kehidupan budaya. Di sini timbul pertanyaan: Apa hubungan antara segi manusiawi manusia dan segi hewaninya, kehidupan manusiawinya dan kehidupan hewaninya? Apakah nilai penting satu segi adalah esensial, sedangkan segi lainnya nilai penungnya sekunder? Apakah satu segi menjadi dasarnya, sedangkan segi lainnya hanyalah refleksi dari segi yang menjadi dasar tersebut? Apakah satu segi menjadi infrastrukturnya, sedangkan segi lainnya suprastrukturnya? Apakah kehidupan material merupakan infrastrukturnya, sedangkan ke¬hidupan budaya merupakan suprastrukturnya? Apakah segi hewani manusia merupakan infrastrukturnya, sedangkan kehidupan budayanya merupakan suprastrukturnya? Apakah segi hewani manusia itu infrastrukturnya, sedangkan segi manusiawinya itu suprastrukturnya?
Dewasa ini, pertanyaan ini diajukan dari sudut pandang sosiologis dan psikologis. Itulah sebabnya pembahasannya berkisar di seputar pertanyaan apakah di antara karakteristik-karakteristik sosial manusia, kecenderungan-kecenderungan ekonominya yang berkaitan dengan produksi dan hubungan produksi lebih penting daripada karakteristik-karakteristik lain manusia, khususnya yang mencerminkan segi manusiawi manusia, dan apakah karakteristik dan kecenderungan lain manusia hanyalah suprastruktur dari karakter ekonominya? Pertanyaan lain yang juga berkaitan adalah apakah betul ilmu, filsafat, sastra, agama, hukum, etika, dan seni pada setiap zaman hanyalah merupakan perwujudan dari hubungan ekonomi pada zaman itu dan tak memiliki nilai intrinsiknya sendiri?
Sekalipun pertanyaan ini diajukan dari sudut pandang sosiologis, namun tak pelak lagi pembahasannya membawa hasil psikologis dan pembahasan filosofis tentang karakter manusia, yang dalam istilah modern dikenal dengan sebutan "humanisme". Pada umumnya kesimpulannya adalah bahwa sisi manusiawi manusia tidak penting. Yang penting adalah sisi hewani manusia saja. Dengan kata lain, yang didukung adalah pandangan orang-orang yang menyangkal adanya perbedaan mendasar antara manusia dan binatang.
Teori ini bukan saja menolak pentingnya kecenderungan manusia kepada realisme, kebajikan, keindahan, dan kepercayaan kepada Allah, namun juga menolak pentingnya pendekatan rasional manusia terhadap dunia dan kebenaran. Dapat ditunjukkan bahwa tidak ada pendekatan yang netral. Tak pelak lagi, setiap pendekatan menunjukkan pandangan material tertentu. Mengherankan bila sebagian mazhab yang mendukung teori yang menyebutkan bahwa manusia pada dasarnya adalah binatang, secara serempak mereka berbicara tentang sisi manusiawi dan humanisme juga.
Fakta bahwa perjalanan evolusioner manusia berawal dari sisi hewani manusia dan bergerak menuju sisi manusiawinya, sebuah tujuan yang sangat mulia. Prinsip ini berlaku untuk individu maupun masyarakat. Pada permulaan eksistensinya, manusia tak lebih daripada organisme material. Berkat gerakan evolusioner yang mendasar, manusia berubah menjadi substansi spiritual. Roh (spirit) manusia lahir dalam alam tubuh manusia, dan kemudian menjadi mandiri. Sisi hewani manusia merupakan sarang tempat sisi manusiawi manusia berkembang dan matang. Karakteristik evolusi adalah semakin berkembangnya suatu makhluk, semakin mandiri dan efektiflah dia, dan dia pun akan semakin mempengaruhi lingkungannya. Ketika sisi manusiawi manusia berkembang, sebenarnya sisi ini tengah menuju kemandirian dan mengendalikan aspek-aspek lainnya. Hal ini terjadi pada individu maupun masyarakat. Individu yang sudah mengalami pengembangan me¬ngendalikan lingkungan batiniah maupun lahiriahnya. Arti dari perkembangannya adalah bahwa dia telah merdeka dari dominasi lingkungan batiniah maupun lahiriah, dan memiliki dedikasi kepada akidah dan agama.
Terjadinya evolusi masyarakat persis seperti terjadinya evolusi roh dalam alam tubuh, dan evolusi sisi manusiawi individu dalam alam sisi hewani individunya tersebut. Perkembangan masyarakat terutama berawal dari dampak sistem ekonomi masyarakat yang bersangkutan. Aspek budaya dan spiritual masyarakat sinonim dengan jiwa masyarakat bersangkutan. Karena tubuh dan jiwa saling mempengaruhi satu sama lain, maka antara sistem spiritual dan material juga terjadi saling hubungan yang sama. Kalau evolusi individu berarti individu tersebut berjalan menuju kemerdekaan, kemandirian dan supremasi jiwa yang semakin besar, maka evolusi masyarakat juga berarti seperti itu pula. Dengan kata lain, kalau suatu masyarakat semakin berkembang, maka kehidupan budayanya semakin tak bergantung pada kehidupan materialnya. Manusia masa depan merupakan manusia budaya dan manusia agama, akidah dan ideologi, bukan manusia ekonomi, manusia yang mengejar kenikmatan jasmani.
Tentu saja, semua ini bukan berarti bahwa masyarakat manusia secara tak terelakkan menapaki garis lurus menuju kesempurnaan nilai-nilai manusiawi, juga bukan berarti bahwa pada setiap tahap waktu selangkah lebih maju ketimbang tahap waktu sebelumnya. Boleh jadi manusia melewati tahap kehidupan sosial, di mana meski terjadi kemajuan teknik dan teknologi namun manusia mengalami kemunduran dari sisi spiritual dan moral, sebagaimana diklaim dialami oleh manusia pada zaman kita.
Sesungguhnya, dari sudut pandang material dan spiritual, manusia pada umumnya tengah berjalan ke depan. Akan tetapi, gerakan spiritualnya tidak selalu di garis yang lurus. Gerakan tersebut terkadang berhenti, terkadang balik ke belakang, dan terkadang menyimpang ke kanan dan ke kiri. Namun, pada umumnya merupakan suatu gerakan evolusioner ke depan. Itulah sebabnya kami katakan bahwa manusia masa depan merupakan manusia budaya, bukan manusia ekonomi, dan manusia masa depan merupakan manusia agama, akidah dan ideologi, dan bukan manusia yang mengejar kenikmatan jasmani.
Menurut teori ini, aspek-aspek manusiawi pada diri manusia —karena aspek-aspek tersebut fundamental— berkembang mengikuti berkembangnya alat-alat produksi dan bahkan berkembang sebelum berkembangnya alat-alat produksi. Menyusul perkembangannya, aspek-aspek manusiawi manusia berangsur-angsur mengurangi ketergantungan manusia kepada lingkungan natural dan sosialnya, dan mengurangi kesetujuannya kepada kondisi lingkungan. Maka kemerdekaan yang didapat membuat manusia semakin kuat dedikasinya kepada agama dan ideologi, dan meningkatkan kapasitasnya mempengaruhi lingkungan natural dan sosialnya. Kelak, setelah memperoleh kemerdekaan seutuhnya, manusia kemudian menjadi semakin kuat dedikasinya kepada agama dan ideologi.
Di masa lampau, manusia kurang mendapat manfaat dari pemberian alam dan belum mampu memanfaatkan sepenuhnya kemampuan-kemampuannya sendiri. Dia menjadi tawanan alam dan tawanan sisi hewaninya sendiri. Namun di masa depan manusia lebih mampu memanfaatkan pemberian alam dan kemampuan-kemampuan yang menjadi sifat manusia itu sendiri. Maka, untuk sebagian besar, manusia akan terbebaskan dari tawanan alam dan tawanan kecenderungan hewaninya sendiri, dan pengendaliannya atas alam dan dirinya pun semakin besar.
Menurut pandangan ini, meskipun realitas manusia muncul bersama dengan alam evolusi material dan hewaninya, namun realitas ini sama sekali bukan merupakan cermin dari—dan tunduk kepada—perkembangan materialnya. Itu adalah sebuah realitas yang independen dan progresif. Sekalipun dipengaruhi oleh aspek material, namun realitas ini mempengaruhinya juga. Yang menentukan tujuan akhir manusia adalah evolusi budayanya dan realitas manusiawinya, bukan evolusi alat-alat produksi. Adalah realitas manusiawi yang dalam evolusinya menyebabkan alat-alat produksi berkembang bersama berkembangnya urusan lain manusia. Tidak betul bila perkembangan alat-alat produksi terjadi secara otomatis, dan bila sisi manusiawi manusia mengalami perubahan akibat berubahnya alat-alat yang mengatur sistem produksi.¶


________________________________________
[1] Itulah yang dikatakan oleh Filosof Inggris, Thomas Hobbs.
[2] Teori Descartes yang terkenal.

ANTARA MASJIDIL HARAM DAN MASJIDIL AQSA

ANTARA MASJIDIL HARAM DAN MASJIDIL AQSA :
Pangkal Dan Ujung Segala Peradaban
13 oktober 2001
Mengapa Tuhan menurunkan hampir semua agama itu di sekitar jazirah Arab? Mungkin tuhan punya alasan, bahwa budaya Arab itu menakutkan, sehingga di sana itu merupakan letak setan yang paling ganas dan juga malaikat yang paling suci. Maka acuan pertama adalah Subhaanalladzii asyroo bi 'abdihii laillamminal masjidil haraami ilal masjidil aqshalladzii baaraknaa haulahu linuriyahu min aayaatina innahu huwassamii'ul bashiiru, atas dasar ini bisa dikaji secara antropologi kosmologis, bahwa antara Masjidil Haram dan Masjidil Aqsha ada satu lingkaran geografis yang oleh Allah dikhususkan untuk menurunkan segala macam puncak-puncak atau sumber-sumber barokah-Nya. Maka segala macam ilmu, eksak dan macam-macam tingkat yang paling arif dari ilmu sosial berasal dari sekitar lingkaran antara Masjidil Haram dan Masjidil Aqsha. Bahkan kalau kita mencari sumber-sumber dan cakrawala musik, juga akan ditemukan juga.
Budaya Arab kalau dilihat di dalam Al-Qur'an, memperlihatkan adanya dua kutub yang luar biasa, dari api sampai salju, dari yang paling panas sampai yang paling sejuk, dari yang paling buruk sampai yang paling baik. Bahkan peristiwa Musa AS, dengan Dzun-Nun yang sekarang terjadi di Indonesia yakni majmual bahraini, dimana ketika Nabi Musa lewat di pertemuan antara dua arus laut itu ikan yang mati tiba-tiba melompat menjadi hidup. Maka kalau ini diletakkan dalam konteks ke-Indonesiaan, bahwa peristiwa World Trade Center dan Pentagon di AS itu adalah saat-saat yang paling kreatif bagi bangsa Indonesia, pada saat inilah kalau bangsa Indonesia murni, yakin, dan tawakal, bersungguh-sungguh, akan mendapat hidayah lebih dari sebelum dan sesudahnya.
Sekarang ini tanah genting atau majmual bahraini, "laut sedang bertemu", di Indonesia dan tidak ada jalan keluar, tapi pada saat itu ikan yang sudah mati akan hidup kembali. Bangsa Indonesia justru mengalami hidupnya sekarang ini, masalahnya banyak orang yang tidak tahu mana yang sebenarnya hidup dan mana yang sebenarnya sudah mati. Anda menyangka Gus Dur hidup padahal ia sebenarnya sudah mati.
Anda menyangka Amien Rais hidup, padahal ia juga sudah mati, dan orang seluruh dunia menyangka peristiwa di AS itu teroris padahal sesungguhnya itu adalah gerilyawan, bisa jadi sebuah perjuangan untuk melepas dari ketidakberdayaannya menjadi berdaya. Mati yang dimaksud, adalah mati dalam kriteria Allah, bukan mati di dalam kriteria manusia (materialisme), sebab kalau kita orang Islam, tentu tidak akan memakai cara pandang materialisme, sehingga banyaknya korban dalam tragedi di AS, dan pembajaknya itu kita hargai sebagai mujahid, dan setiap mujahid tidak ada yang mati menurut Allah.
Dan majmual bahraini itu juga terjadi, di antara Masjidil Haram dan Masjidil Aqsha, maka titik antara keduanya kita lingkari, karena di situlah letak segala sesuatu dan Allah tidak memberi barokah ke tempat lain. Maka tidak ada nabi lahir di Jombang, Jogja, atau Ngawi, dll.
Tidak ada musik dahsyat yang tingkat kecanggihannya melebihi bainal masjidil haram minal masjidil aqsha. Anda boleh lihat musik Queen, Led zeplin, atau Edy Van de Bergh, bahkan Bethoven, sebenarnya ia tinggal masuk Islam, karena dipuncak eksplorasi musiknya ia harus lari ke Timur Tengah untuk menemukan puncak-puncak estetika, hal ini disebabkan oleh "alladzii baarokna haulahu linuriyahu min aayaatina", walaupun di antara dua kutub ini ada iblis yang paling ganas dan malaikat yang paling suci.
Sehingga mengapa nabi-nabi diturunkan di tempat itu? Karena kalau nabi diturunkan di tanah Jawa, uji cobanya terus bagaimana? Padahal uji coba sebuah agama itu harus di antara kedua kutub itu, harus dalam budaya Arab, dalam arti Timur Tengah. Maka Rasululullah, Nabi Adam, Musa, dll,lahir di Arab, dan tidak mungkin lahir di Ja-tim, Ja-Teng, sebab orang Jawa itu sesungguhnya kalau mau memakai hatinya, pikirannya sudah sangat Islam, tidak perlu ada firman sudah cukup. Cuma agar lebih sempurna dibutuhkan sholat, puasa, dll. Tetapi sesungguhnya hatinya sudah cukup ber-sholat, dan berpuasa.
Dan orang Arab, ini bisa dilihat pada zaman Rasulullah : Ada seorang budak yang dibeli, dibebaskan oleh Rasulullah, dan sangking gembiranya ia naik ke atas bukit dan berteriak : "Allahu yarham Muhammad, Allahu yarhaamni, wala yarham ahad", bayangkan ia sudah dekat sekali dengan Rasulullah dan Allah, masih curang juga sifatnya, sebab ia berkata : " Ya Allah cintailah aku, cintailah Muhammad dan jangan cintai siapapun yang lain," inilah type orang Arab, di dalam doanyapun memproduk klaim soal Allah dan Rasulullah.
Produk seperti ini kemudian muncul di dalam kepedihaan-kepedihan sejarah pasca Rasulullah yang luar biasa kepedihannya. Bagaimana mungkin Rasulullah yang agung , yang badannya tidak tinggi, tidak rendah, yang alisnya melipis, yang kulitnya kemerah-merahan putih, yang hdiungnya mancung,, yanag selalu tersenyum, yang menambal sepatunya sendiri, yang tidur di atas pelepah daun kurma, ketika Aisyah tidak bangun untuk membukakan pintu pada tengah malam, orang yang begitu sederhana, tetapi ditaati oleh seluruh Jazirah Arab dan ditaati oleh begitu banyak manusia di dunia, sampai hari ini, sampai dinyanyi-nyanyikan dengan terbang, dan tidak seorangpun di dunia yang dicintai oleh umat manusia di dunia yang cara mencintai seperti itu, melebihi Muhammad Saw.
Seperti itu saja, ketika Rasulullah meninggal jenazahnya terbengkelai sampai tiga hari, tidak ada yang mengurusi, kecuali Siti Fatimah, Ali bin Abi Thalib, Aisyah, dan Fadhil bin Abas, dan ketika itu Sayidina Abu Bakar ,Umar, dan Utsman, tokoh-tokoh Anshor, tokoh-tokoh Muhajirin semua menyibukkan diri berkumpul di Saqifa, mereka bertarung dan berdebat untuk merundingkan dan menentukan, siapa khalifah sesudah Rasulullah. Orang yang begitu hebat, orang yang begitu membangun demokrasi kemanusiaan yang sangat tinggi nilainya, dan sangat dihormati oleh para sahabatnya, tetapi pada hari meninggalnya para sahabatnya melupakan jenazah beliau. Maka akhirnya hanya dikuburkan oleh lima orang, selesai menguburkan di tengah malam, pasukannya Umar datang ke rumah Ali bin Abi Thalib, agar menanda tangani pengangkatan Abu Bakar as Shidiq sebagai khalifah. Inilah budaya Arab, maka inilah alasan sehingga Islam diturunkan di tanah Arab. Maka budaya Arab itu harus kita pahami betul, orang yang paling gagah berani dan patriotis adalah orang Arab, tetapi orang yang paling brutal juga orang Arab. Tetapi jangan lupa orang yang paling militan juga orang Arab. Sehingga budaya Arab ini, justru adalah suatu kutub yang ekstrim, supaya Islam muncul keindahannya, kalau Islam diturunkan di antropologi suku yang lain, pasti tidak begitu indah.

(Dari berbagai sumber : Paket Infak Karangkajen, Yk, Ceramah di Fak. Sastra UGM, Yk)

Monday 8 September 2008

klasifikasi makhluk hidup

KLASIFUKASI MAKHLUK HIDUP

A Pendahuluan

Di dunia terdapat tidak kurang dari 500 juta macam organisme. Organisme tersebut memiliki ciri-ciri yang beraneka ragam. Begitu beragamnya organisme ini sehingga menuntut adanya suatu sistem untuk mengenal dan mempelajarinya. Beberapa ahli biologi mencoba menciptakan suatu sistem untuk mempermudah dan mengenal dan mempelajari organisme melalui suatu cara pengklasifikasian. Pengklasifikasian merupakan proses pengelompokan berdasarkan ciri tertentu.
Organisme yang mempunyai ciri-ciri yang sama dikumpulkan sebagai satu kelompok. Ciri-ciri kelompok telah mewakili sifat-sifat individu. Sebagai contoh kambing, sapi, dan kerbau merupakan kelompok hewan memamah biak(ruminansia). Jika kita ingin mempelajari sistem pencernaan kerbau, kita tidak perlu mempelajarinya secara khusus, tetapi kita dapat mempelajari sistem pencernaan pada organisme yang satu kelompok dengannya, misalnya sapi atau kambing.
Dengan meningkatnya peradaban manusia, terutama pengetahuan tentang manfaat makhluk hidup sebagai obat dan bahan pangan, maka keperluan akan nama makhluk hidup semakin besar. Maka mulai diperlukan suatu penggolongan/klasifikasi makhluk hidup berdasarkan pemikiran yang rasional. Misalnya penggolongan berdasarkan persamaan ciri, cara hidup, daerah penyebrangannya, dan sebagainya.

B. Tujuan dan Manfaat Klasifikasi

Klasifikasi yang dilakukan oleh para ahli biologi bertujuan untuk:
1. mendeskripsikan ciri-ciri makhluk hidup untuk membedakan tiap-tiap jenis, agar mudah dikenal
2. mengelompokkan makhluk hidup berdasarkan persamaan ciri-cirinya.
3. mengetahui hubungan kekerabatan antar makhluk hidup.
4. mempelajari evolusi makhluk hidup atas dasar kekerabatannya

klasifikasi memiliki manfaat penting yang dapat langsung diterapkan bagi kepentingan manusia, yaitu:
1. pengelompokan memudahkan kita mempelajari organisme yang beraneka ragam.
2. klasifikasi dapat digunakan untuk melihat hubungan kekerabatan antara makhluk hidup yang satu dengan yang lain. Sebagai contoh: harimau memiliki hubungan kekerabatan yang lebih dekat dengan kucing dari pada komodo, karena harimau dengan kucing memiliki banyak persamaan ciri-ciri, misalnya: harimau dan kucing sama-sama menyusui, bertulang belakang, berkaki empat, karnivor, dan berambut. Sedangkan komodo bertelur, berkaki empat, kulit bersisik, dan melata.

C. Dasar-Dasar Klasifikasi

Masing-masing makhluk hidup memiliki ciri-ciri yang membedakannya dengan makhluk hidup yang lain. Di samping memiliki perbedaan, beberapa makhluk hidup memiliki satu atau lebih persamaan. Perhatikan dua makhluk hidup berikut ini: keduanya memiliki persamaan dan perbedaan ciri-ciri seperti yang ada dalam tabel. Kemudian akan kita bahas klasifikasi berdasarkan persamaan, perbedaan, manfaat,, ciri morfologi dan anatomi, serta ciri biokimiawi.

Tabel Persamaan dan perbedaan Ciri-ciri kuda dan sapi

Ciri-ciri Kuda Sapi
Persamaan
1. Tulang belakang ada ada
2. Jumlah kaki 4 4
3. Daun telinga ada ada
4. Sistem peredaran darah Jantung 4 ruang, sistem peredaran darah tertutup Jantung 4 ruang, sistem peredaran darah tertutup
5. Kelenjar Susu ada
6. rambut ada
Perbedaan
1. Cara makan Tidak memamah biak Memamah biak
2. Jumlah jari pada setiap kaki 3 4



1. Berdasarkan Persamaan

Kita dapat mengelompokkan makhluk hidup berdasarkan persamaanya, seperti yang kita lakukan pada kuda dan sapi. Menurut kalian, berdasarkan ciri-cirinya kuda dan sapi dapat dikelompokkan sebagai makhluk hidup apa?
Dengan mengamati ciri-cirinya, kita dapat memasukkan kuda dan sapi dalam kelompok hewan. Karena memiliki tulang belakang, keduanya merupakan kelompok hewan bertulang belakang. Atau dapat pula kita kelompokkan sebagai hewan yang menyusui, karena memiliki kelenjar susuatatu mamalia (mamalia berasal dari kata mammae yang artinya kelenjar susu). Kuda dan sapi juga dapat dimasukkan dalam kelompok hewan tetrapoda, karena sama-sama berkaki empat (tetra = empat, podos = kaki)

2. Berdasarkan Perbedaan

Meskipun kuda dan sapi merupakan satu kelompok yaitu hewan mamalia, kita dapat pula memisahkan keduanya sebagai kelompok yang berbeda berdasarkan perbedaan cirinya. Misalnya dengan melihat jumlah jari pada di setiaap kaki. Kuda memiliki tiga jari disetiap kaki, sehingga masuk dalam kelompok hewan mamalia berjari ganjil atau perisodactyla. Sedangkan sapi memiliki 4 jari disetiap kakinya, sehingga asuk dalam kelompok mamalia berjari genap atau artiodactyla, demikian pula kambing dan kerbau.

3. Berdasarkan manfaat

Pengelompokan merupakan salah satu upaya dalam mengklasifikasi. Hampir setiap orang melakukan klsifikasi terhadap makhluk hidup, dalam dunia tumbuhan kita mengelompokkan mawar, melati, cemara, dan bugenvil ke dalam kelompok tanaman hias. Kacang, jagung, ketela dikelompokkan kedalam tanaman budidaya. Kacang tanah, kacang panjang, kacang merah di kelompokkan ke dalam tanaman kacang. Kambing, sapi, kerbau, kelinci dikelompokkan ke dalam hewan ternak.
Klasifikasi dapat dilakukan oleh siapa saja, asal memiliki dasar dan tujuan yang jelas. Misalnya bayam, kol, kentang, kacang panjang, wortel, dan sawi dimasukkan dalam satu kelompok tanaman sayur-sayuran. Dasar pengelompokan itu adalah bahwa tanaman-tanaman tersebut dapat digunakan sebagai sayuran, sedangkan tujuannya adalah untuk memudahkan manusia dalam memanfaatkan tanaman-tanaman tersebut sebagai sayur-sayuran.

4. Berdasarkan Ciri Morfologi dan Anatomi

Klasifikasi didasrkan pada persamaan atau perbedaan ciri-ciri tertentu. Ciri-ciri yang digunakan terutama adalah ciri-ciri morfologi dan anatomi adalah ciri-ciri yang ada bagian dalam tubuh makhluk hidup.
Pada tumbuh-tumbuhan, ciri-ciri yang dapat digunakan dalam mengklasifikasi dapat berupa ciri-ciri morfologi misalnya warna bunga, bentuk bunga, bentuk biji, kekerasan biji, bentuk pohon, bentuk daun, dan lain-lain. Dapat pula ciri-ciri anatomi misalnya ada-tidaknya berkas pengangkut, ada-tidaknya kambium, ada-tidaknya sel trakea, ada tidaknya sel kambium.
Ciri-ciri yang dapat digunakan dalam mengklasifikasikan hewan misalnya ada tidaknya tulang belakang, bentuk alat gerak, jumlah sayap (pada serangga), ruas-ruas pada tubuh, jumlah kaki, dan lain-lain.

5. Berdasarkan Ciri Biokimia

Dalam perkembangannya, ciri-ciri yang digunakan dalam klasifikasi tidak hanya ciri morfologi dan anatomi, tetapi juga ciri-ciri biokimia, misalnya jenis-jenis protein, jenis-jenis enzim, ada tidaknya membran organela sel. DNA atau asam nukleat juga digunakan untuk menentukan hubungan kekerabatan makhluk hidup.

D. Macam-macam Klasifikasi

Pengklafikasian makhluk hidup dilakukan dengan alasan-alasan tertentu. Ada banyak alasan yang digunakan para ahli sebagai dasar sistem klafikasi. Dari berbagai alasan yang pernah digunakan para ahli, sistem klafikasi dapat di golongkan kedalam 3 kelompok sistem saja yaitu sistem alami, sistem buatan, dan sistem filogenetik.

1. Klafikasi Sistem Alami

Klafikasi sistem alami dikemukakan oleh ariatoteles, seorang filsuf yunani pada tahun 350 SM. Aristoteles membagi makhluk hidup menjadi 2 kingdom, yaitu hewan dan tumbuhan. Aristoteles membagi hewan menjadi beberapa kelompok berdasarkan habitat dan perilakunya. Sedangkan tumbuhan dikelompokkan berdasarkan ukuran dan strukturnya. Sebagai contoh, kingdom tumbuhan dibagi menjadi 3 divisi yaitu herba, semak, dan pohon. Klasifikasi menurut sistem ini memiliki banyak kesalahan, meskipun demikian telah digunakan selama lebih dari 200 tahun.

2. Klasifikasi Sistem Buatan

Klasifikasi sistem buatan diperkenalkan oleh Carl Von Linne (1707-1778). Ia adalah seorang ahli ilmu pengetahuan alam dari swedia yang namanya dilatinkan menjadi Carolus Linnaeus.
Karya penting Linnaeus adalah menyusun sistem klasifikasi yang lebih mudah dipahami dari pada sistem sebelumnya. Sistem yang disusun oleh Linnaeus merupakan sistem klasifikasi buatan. Maksudnya, kategori organisme didasarkan pada sejumlah kecil sifat-sifat morfologi tanpa memandang kesamaan struktur yang mungkin memperlihatkan kekerabatan. Klasifikasi sistem buatan ini antara lain mengelompokkan tumbuhan atas dasar warna bunga, masa bunga, bentuk daun, jumlah benang sari, putik dan lain-lain. Sistem klasifikasi tumbuhan yang dikemukakan oleh linnaeus juga disebut ”sistem seksual” karena linnaeus memusatkan perhatiannya pada alat reproduksi tumbuhan.
Karya linnaeus sangat penting adalah penamaan jenis (spesies) dengan menggunakan dua nama atau disebut binomial nomenklatur. Sebelum linnaeus, orang memberi nama timbuhan dengan nama tunggal yang diikuti dengan sederetan kata nama atau kata sifat sebagai penjelasaanya. Sebagai contoh; Tomat diberi nama Solanum Pomiferum fructo rotundo striato artinya tumbuhan yang berbuah lebat, buahnya bulat dan lunak. Nama demikian tentunya tidak praktis dan tidak mudah diingat. Kemudian Linnaeus menetapkan suatu nama tumbuhan dengan dua kata saja. Kata pertama untuk genus dan kata kedua untuk spesies. Pendapat Linnaeus ini dikemukakan dalam bukunya yang berjudul species Plantarum yang diterbitkan tahun 1753.


3. Klasifikasi sistem Filogenetik.

Pada masa Linnaeus pendapat umum menyatakan bahwa semau spesies berasal dari hasil penciptaan khusus. Kemudian, masing-masing melanjutkan sifat aslinya sebagai spesies yang tetap dan tidak beubah. Mereka menduga bahwa pada awal dibentuknya makhluk hidup, telah diciptakan makhluk hidup yang sama seperti makhluk hidup yang ada sekarang, misalnya pisang, ayam, padi, dan jagung. Kemudian, makhluk hidup tersebut tetap hidup dan berkembang sampai sekarang. Hal ini menyebabkan mereka tidak mengetahui bahwa terdapat kekerabatan antar jenis-jenis organisme.
Dalam tahun-tahun setelah Charles Darwin menerbitkan publikasinya The Origin of Species (On the origin of species by means of natural selection) pada tahun 1859, maka doktrin evolusi berangsur-angsur berubah: dari doktrin penciptaan khusus ke doktrin yang menyatakan bahwa antarorganisme terdapat kekerabatan. Bertolak dari teori evolusi Darwin maka muncullah sistem klasifikasi modern berdasarkan filogeni, yaitu klasifikasi yang disusun dengan melihat keturunan dan hubungan kekerabatan. Filogeni adalah proses evolusi makhluk hidup dari filum tingkat rendah menjadi filum tingkat tinggi. Klasifikasi yang berdasar proses filogeni disebut klasifikasi sistem filogenetik. Sistem ini didasarkan pada jauh dekatnya kekerabatan antarorganisme atau kelompok organisme. Organisme-organisme yang berkerabat dekat memiliki persamaan ciri yang lebih banyak jika dibandingkan dengan organisme yang berkerabat jauh. Ciri-ciri yang digunakan dalam pengklasifikasian adalah ciri morfologi, anatomi, fisiologi, dan perilaku.
Didalam biologi, cara atau metode pengklasifikasian makhluk hidup dipelajari dengan cabang ilmu tersendiri. Ilmu yang mempelajari klasifikasi makhluk hidup disebut taksonomi.
Klasifikasi makhluk hidup modern menganut sistem filogenetik, yaitu pengklasifikasian dengan melihat hubungan kekerabatan. Hubungan kekerabatan antar makhluk hidup didasarkan pada persamaan atau perbedaan ciri-ciri. Makhluk hidup yang berkerabat dekat memiliki persamaan ciri yang lebih banyak dari pada berkerabat jauh. Pada awalnya ciri-ciri yang dibandingkan adalah ciri morfologi, anatomi, fisiologi, dan tingkah laky. Dalam biologi modern para pakar juga mengkaji ciri-ciri kromosom dan biokimia.

nasehat shalat

1. Nasehat Bagaimana Anda Menyianyiakan Amal yang Paling Mulia?

Diriwayatkan dari Abdullah bin Mas’ud bahwa dia pernah bercerita, “Aku pernah bertanya kepada Rasulullah, ”Amal apakah yang paling mulia?” Beliau kemudian menjawab, “Shalat yang dikerjakan tepat pada waktunya.”

Saudaraku, bagaimana Anda menyia-nyiakan begitu saja amal yang menurut Allah dan RasulNya, paling mulia? Adakah amal lain yang bisa menggantikannya? Apakah anda rugi jika Anda selalu mengerjakan amal yang paling mulia untuk meraih pahala? Dan, apabila Tuhan mewajibkan kepada Anda untuk mengerjakan shalat wajib pada waktu yang telah ditentukan, apakah itu berarti bahwa Dia telah mewajibkan sesuatu di atas kemampuan Anda?

Untuk membuktikan bahwa shalat adalah amal yang paling mulia, berikut ini adalah bukti-buktinya :

Shalat merupakan simbol masuknya seseorang ke dalam agama islam:

Allah Subhanahu wa Ta’ala telah berfirman,

”jika mereka bertaubat, mendirikan shalat dan menunaikan zakat, maka (mereka itu) adalah saudara-saudaramu seagama.” (QS. Al-Taubah: 11)

Rasulullah SAW juga pernah berkata kepada Mu’adz saat beliau hendak mengutusnya ke Yaman,

”Sesungguhnya kamu akan datang ke limgkungan kaum ahli kitab. Oleh karena itu, yang hendaknya kamu serukan pertama kali kepada mereka adalah menyembah Allah. Jika sudah mengenal Allah, maka kabarkanlah kepada mereka bahwa Allah mewajibkan shalat untuk mereka lima waktu dalam sehari semalam.” (Muttafaq ’Alaih)

Diriwayatkan dari Abu Sa’id bahwa ia pernah bercerita, ”Ketika pada suatu Ketika Rasulullah sedang membagikan ghaniimah ’harta rampasan perang’, ada seseorang laki-laki berkata kepada beliau, ’Wahai rasulullah, bertakwalah kepada Allah. ”Rasulullah kemudian menjawab, ”Celakalah kamu! Tidakkah kamu tahu bahwa aku adalah orang yang paling bertakwa di muka bumi ini?! ”Maka Khalid bin Walid kemudian berkata, ”Tidakkah akan lebih baik jika aku memukul lehernya, wahai Rasulullah? ”Rasulullah kemudian menjawab, ”Jangan, barangkali saja dia akan mau mengerjakan shalat.”

Rasulullah SAW juga pernah bersabda,

”Islam ditegakkan dengan lima perkara; bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah, bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah, mendirikan shalat, mengerjakan zakat, menunaikan haji di Baitullah, dan mengerjakan puasa Ramadhan.” (Muttafaq ’Alaih)

Rasulullah SAW juga pernah bersabda,

”barang siapa telah mengerjakan shalat yang telah kami kerjakan, menghadap kiblat kami, dan memakan sembelihan kami, maka dia itulah yang muslim.” (HR. Bukhari)

Allah juga telah menyebut shalat sebagai iman, mengingat pentingnya shalat tersebut. Hal itu sebagaimana firman Allah,

”Dan Allah tidak akan menyia-nyiakan imanmu.” (QS. Al-Baqarah: 143)

Selain itu, shalat juga dijadikan sebagai bukti adanya iman, sebagaimana disebutkan dalam firman Allah,

”Dan dia tidak mau membenarkan (Rasul dan Al-Qur’an) dan tidak mau mengerjakan shalat.” (QS.al-Qiyaamah: 31)

Sebaliknya, meninggalkan shalat juga dijadikan sebagai bukti hilangnya keimanan, sebagaimana disebutkan dalam firman Allah SWT,

”Dan apabila dikatakan kepada mereka, ”Ruku’lah!”, niscaya mereka tidak mau ruku’, Kecelakaan yang besarlah pada hari itu bagi orang-orang yang mendustakan. Maka kepada perkataan apakah selain Al-Qur’an ini mereka akan beriman.” (QS. Al-Mursalaat: 48-50)

Juga diriwayatkan dari Anas bin Malik bahwa dia pernah bercerita, ”kala itu, saat Nabi ikut menyerang suatu kaum bersama kami, beliau tidak pernah langsung menyerang kaum tersebut sampai pagi menjelang dan memperhatikan keadaan kaum tersebut. Jika beliau mendengar Adzan dari perkampungan mereka, maka beliau tidak akan menyerangnya. Akan tetapi, jika beliau tidak mendengar suara adzan dari perkampungan tersebut, maka beliau akan menyerangnya.” (HR. Bukhari)


2. Berusahalah Agar Para Malaikat Senantiasa Memintakan Ampun Untuk Anda

diriwayatkan dari Abu Hurairah bahwa dia pernah bercerita, ”Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam pernah bersabda,
”Shalatnya seseorang yang dikerjakan secara berjamaah akan dilipat gandakan dua puluh lima kali lipat dari shalat yang dikerjakan dirumah (dikerjakan sendirian). Hal itu bisa terjadi karena ketika dia berwudhu dengan sempurna, kemudian berangkat ke masjid untuk mengerjakan shalat, maka seiring dengansetiap langkahnya menuju ke masjid, derajatnya akan dinaikkan satu tingkatan dan satu kesahalannya akan dihapus. Jika ia telah mengerjakan shalat, maka para malaikat akan senantiasa akan mendoakannya, ”Ya Allah, berkatilah dia dan anugerahkan kasih sayang-Mu kepadanya.” Dan, salah seorang diantara kalian masih saja mengerjakan shalat sampai datang waktu shalat berikutnya.” (Muttafaq Alaih; Bukhari dan Muslim)

Dari hadist diatas dapat disimpulkan bahwa orang yang mau mengerjakan shalat akan mendapatkan keuntungan-keuntungan berikut ini :
1. Seorang Muslim mempunyai kesempatan untuk melipat gandakan pahalanya karena setiap satu shalat fardhu pahalanya akan dilipat gandakan sebanyak sepuluh kali.
Kemudian, jika shalat fardhu tersebut dikerjakan dengan berjamaah, maka akan dilipat gandakan lagi sebanyak 25 (dua puluh lima) kali lipat, sebagaimana yang telah dijelaskan dalam hadits di atas. Dengan begitu, satu kalishalat fardhu pahalanya akan mencapai 250 (dua ratus lima puluh). Dan, pahala sebanyak itu tentunya akan terlewatkan begitu saja bagi mereka yang tidak mau mengerjakan shalat.

2. Shalat akan meniggikan derajat seorang muslim.

3. Shalat bisa menghapus dosa-dosa dan kesalahan.

4. Waktu yang dihabiskan seorang muslim di tempat shalat, baik saat dia sedang shalat maupun tidak, akan diperhitungkan semuanya. Selama tiu, para malaikat akan berdoa dan memintakan ampun untuknya. Orang yang berakal akan senantiasa mendambakan doa dari orang yang dipandang baik dan shaleh. Lalu bagaimana dengan doa para malaikat yang tidak pernah durhaka kepada uhannya dan selalu melaksanakan perintah-Nya, sementara mereka selalu dekat denga Allah? Mereka juga memiliki kedudukan yang mulia disisi Allah dan doa-doa mereka akan senantiasa dikabulkan oleh Allah. Adakah orang yang tidak lagi membutuhkan doa? Adakah orang yang tidak memiliki permintaan dari Allah, Dzat yang menciptakan, memberikan rizky, dan menjadi tempat kembali?

5. sesungguhnya waktu yang dihabiskan seorang muslimuntuk menuggu datangnya waktu shalat akan dihitung seperti waktu yang ia gunakan untuk mengerjakan shalat. Kemuliaan macam apakah ini? Betapa ruginya orang yang melalaikan shalat tersebut...

6. sesungguhnya maut itu datangnya tanpa diduga-duga. Jika kebetulan dia datang pada saat seorang muslim sedang mengerjakanshalat, maka itu sungguh merupakankarunia yang tiada terkira. Dia meninggal dunia dalam keadaan berwudhu dan suci sehingga ruhnya akan naik ke langit dengan diselimuti oleh sayap para malaikat, diliputi rahamat, dan dikelilingi istighfar. Ruh tersebut telah naik dari sebuah tempat yang suci, yaitu masjid, dari jasad yang suci, dan pada kesempatan yang dimuliakan Allah, yaitu waktu shalat, yang dipilih oleh Allah. Banyak sekali orang shaleh yang meniggal dunia ditempat shalatnya. Seandainya saja mereka hidup jauh dari ketaatan dan tidak [pernah mengerjakan shalat, niscaya mereka akan meniggal dunia di tempat lain. Dan, seandainya itu yang terjadi maka ceritanya akan lain lagi; mereka tidak akan bisa mengakhiri kehidupannya dengan cara yang mulia dan terhormat seperti itu.


3. Jangan Menyia-nyiakan Malam-malam Anda dan Jangan Pernah Lupa untuk Berdoa


Diriwayatkan dari Ustman Radhiyallahu anhu bahwa Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam pernah bersabda,
’Barangsiapa mengerjakan shalat isya’ secara berjamaah, maka ia seolah-olah telah mengerjakan shalat malam setengah malam dan barang siapa mengerjakan shalat shubuh secarah berjamaah, maka ia seolah-olah telah mengerjakan shalat malam semalam penuh.’ (HR. Muslim)

Siapakah orangnya yang mendapatkan kesempatan malamnya akan dihitung sebagai ibadah, sementara ia tertidur lelap, kemudian ia menyia-nyiakannya?
Diriwayatkan oleh Abu Dawud Radhiyallahu anhu bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam pernah bersabda,
”Doa apa yang dipanjatkan antara adzan dan iqamah tidak akan ditolak.” (HR. Muslim)

Apaka anda rela menjadi orang-orang yang dijauhkan dari anugerah-anugerah tersebut? Sesugguhnya manusia akan senantiasamembutuhkan doa dalam setiap langkahnya dan berharap agar doanya tersebut dikabulkan. Pintu-pintu langit telah dibuka untuk orang-orang yang mengerjakan shalat, tetapi anda telah mengabaikannya sehingga tidak termasuk ke dalam mereka. Apakah anda sampai begitu malasnya... atau apa sebenarnya telah membuat Anda enggan untuk melakukan amal demi kepentingan anda sendiri sehingga anda menderita kerugian yang tiada terkira?![]


4. Tidakkah Anda Mendambakan Tempat Tinggal yang Luas dan Aman?

Anda selalu menghendaki tempat tinggal yang luas dan aman di dunia, padahal Anda tahu bahwa dunia itu hanya sementara dan akan cepat hilang. Untuk mewujudkan hal itu, anda rela mengorbankan banyak hal. Demi mendapatkan tempat tinggal tersebut, anda bahkan saling membunuh dengan sesama manusia atau malah kerabat sendiri. Lalu, bagaimana dengan tempat tinggal anda di akhirat kelak? Apakah anda telah membayar harganya? Apakah anda telah mengetahui sebesar apa harga yang harus anda bayarkan? Apakah tempat tinggal tersebut harganya jutaan rupiah? Apakah harga tempat tinggal tersebut begitu mahal sehingga anda tidak mampu membelinya? Apakah harga tempat tinggal tersebut tidak dapat anda jangkau?

Sesungguhnya harga tempat tinggal tersebut hanya berupa langkah-langkah santai-dan tidak memberatkan-menuju ke sebuah tempat yang mulia, yaitu masjid. Sungguh langkah-langkah tersebut merupakan rekreasi yang menyenangkan dan gerakan yang menyehatkan-para dokter mengetahui manfaat jalan-jalan dan pengaruhnya yang positif bagi kesehatan. Sesungguhnya, semua itu merupakan harga yang menguntungkan anda, bukan merugikan.

Sekarang, anda bisa menyimak sebuah hadits yang diriwayatkan dari Abu Hurairah bahwa dia pernah bercerita, ”Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam pernah bersabda,
Barangsiapa berjalan menuju ke masjid atau pulang darinya, maka Allah akan menyiapkan tempat tinggal di surga setiap kali dia pergi atau kembali.” (HR. Muttafaq Alaih; Bukhari dan Muslim)


5. Lihatlah Terlebih Dahulu apa yang Telah Disiapkan Allah untuk Orang-orang yang Mau Mengerjakan Shalat serta Manfaatnya


Apakah Anda Tidak Ingin Menjadi Orang yang Memiliki Perhiasan di Hari Kiamat Kelak?

Wahai saudaraku kaum muslimin, sebelum anda meninggalkan shalat atau menyepelekannya, seyogyanya anda mengetahui terlebih dahulu, pahala yang begitu agung serta kenikmatan abadi yang telah disiapkan oleh Allah bagi orang-orang yang mau mengerjakan shalat. Dan, itulah yang akan anda ketahui dari sini...

Sesungguhnya shalat itu mampu mengangkat derajat, menghapus dosa-dosa dan keburukan, serta mendatangkan kebaikan.

Anda hendaknya mengetahui manfaat shalat atau urgenitasnya, sebelum anda memutuskan untuk meniggalkannya. Dalam konteks ini Ibnu Qayyim pernah mengatakan:
”shalat itu bisa mendatangkan rezeki, bermanfaat bagi kesehatan, menoak bencana, mencegah datangnya penyakit, menguatkan hati, mencerahkan wajah, melapangkan jiwa, menghilangkan kemalasan, membuat fisik lebih energik, mengawetkan daya tahan tubuh, melapangkan dada, memberi konsumsi ruh, menerangi hati, mejaga kenikmatan, mencegah kemalangan, mendatangkan berkah, menjauhkan seseorang dari setan, dan mendekatkannya dari tuhan.”

”Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam telah bersabda,
”Panjangnya perhiasan yang akan didapatkan seorang mukmin besuk pada hari kiamat adalah sesuai dengan panjangnya air wudhu yang membasahi anggota tubuhnya.”

Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam juga akan mengenai kaum muslimin dengan [erhiasan tersebut dan cahaya yang akan memancar dari anggota tubuh yang terkena siraman air wudhu. Setelah itu, Rasulullah akan menyambut mereka dan mempersilahkan mereka untuk minum air yang telah disediakannya.


6. Tidakkah Anda Ingin Allah Memberikan Tempat Perlindungan kepada Anda Pada Hari Kiamat?

Pada hari itu matahari tepat berada di atas kepala dan orang-orang akan basah kuyup dengan keringat mereka sendiri. Mereka berharap bisa segera pergi dari tempat tersebut., walau ke neraka jahanam sekalipun. Akan tetapi, kaum mukminin yang melakukan amal kebaikan, terutama shalat, akan mendapatkan perlindungan dari Allah. Imam bukhari dan muslim telah meriwayatkan sebuah hadits dari Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu bahwa Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam pernah bersabda,

”Tujuh kelompok menusia yang pada hari kiamat akan mendapatkan perlindungan dari Allah adalah; imam (pemimpin) yang adil, pemuda yang selalu beribadah kepada Tuhannya, orang yang hatinya selalu teringat masjid, dua orang yang saling mencintai karena Allah, bertemu dan berpisah karena-Nya, seorang lelaki yang dilamar seorang wanita yang cantik dan berkedudukan tinggi, tetapi dia malah menjawab, ”Sesungguhnya aku takut kepada Allah.” seeorang yang mengeluarkan sedekah dengan diam-diam sampai tangan kirinya tidak tahu apa yang diberikan oleh tangan kanannya, dan seseorang yang menyendiri untuk berdzikir kepada Allah kemudian matanya menjadi basah karena air mata.” (Muttafaq Alaih; Bukhari, kitab al-adzan, bab Man Jalasa fii al-Masjid Yantadziru ash-shalaat, pasal al-masaajid (660,2/143), shahih Muslim, Kitab az-Zakaat, bab Fadhlu Ikhfaa’I ash-shadaqah (1031,2/715). Redaksi oleh Imam Bukhari.)

Yang perlu dicatat disini adalah:

1. seseorang yang meniggalkan shalat tidak mungkin bisa menjadi pemimpin yang adil. Karena meniggalkan shalat bukanlah merupakan tindakan yang bijak (adil). Juga karena shalat merupakan ungkapan rasa terima kasih kepada Allah dan bukti ketaatan kepada perintah-Nya, Dzat yang telah menciptakannya dan mencukupi rezekinya. Adapun orang yang telah mendirikan shalat, maka ia berarti telah menegakkan keadilan. Selain itu, shalat akan mampu melatihnya dan membuatnya adil saat memimpin rakyatnya. Dan, jika ia telah menjadi imam yang adil bagi suatu umat, kelompok jamaah, atau suatu perkumpulan, maka ia akan termasukkedalam kelompok orang yang disebutkan dalam hadits di atas dan dianggap sebagai orang adil.
2. Adapun seorang pemuda yang senantiasa beribadah kepada Allah, maka dia tidak mungkin meniggalkan shalat. Karena tidak ada ibadah yang luput dari shalat. Bahkan, menjaga shalat merupakan sifat seorang ahli ibadah yang paling utama.
3. Adapun seorang lelaki yang hatinya selalu teringat dengan masjid maka dia pasti orang yang rajin mengerjakan shalat.
4. sementara dua orang yang saling mencintai karena Allah; berkumpul dan berpisah karena-Nya, dapat dicatat bahwa sebuah persahabatan tidak akan berubah atau berbuah atau tidak akan langgeng kecuali jika didasari karena Allah. Sebuah persahabatan yang terjalin diantara dua orang tidak bisa dikatakan Lillahi ta’alaa jika keduanya bersekongkol untuk mendurhakai-Nya dan meninggalkan shalat.
5. Adapun lelaki yang dilamar seorang wanita yang cantik dan berkedudukan tinggi, kemudian ia menjawab, ”sesungguhnya aku takut kepada Allah...” jika Anda ditanya, lelaki manakah yang kira-kira akan memberikan jawaban seperti itu; lelaki yang suka meninggalkan shalat ataukah lelaki yang rajin mengerjakan shalat...? jawaban apa yang akan anda berikan?

Sesungguhnya shalat itu akan melatih jiwa dan menjaga seorang mukmin, sebagaimana firman Allah,

”Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar.” (QS.al-Ankabuut:45)

Mengenai penafsiran terhadap ayat tersebut, telahdisebutkan dalam tafsir al-Muntakhab, ”karena shalat yang dikerjakan dengan ikhlas akan bisa menjauhkan orag yang mengerjakannya dari dosa-dosa besar dan hal-hal yang dilarang oleh syara’, mengajak untuk bertakwa kepada Allah, senantiasa mengingat-Nya, dan hal-hal yang lain yang mendatangkan pengaruh dan pahala yang amat besar.” (Al-Muntakhab fii Tafsiiri Al-Qur’aani al-kariimi.
6. Adapun orang yang bersedekah dengan diam-diam... juga tidak mungkin jika yang melakukan hal itu adalah orang yang tidak mengerjakan shalat. Hal itu mengingat dampak positif dari shalat, sebagaimana yang telah kami sebutkan sebelumnya.
7. sedangkan orang yang menyendiri untuk berdzikir kepada Allah kemudian matanya basah dewngan air mata... sesungguhnya shalat akan mendorong seseorang untuk berkhalwat ’menyendiri’ di tempat-tempat yang suci untuk berdzikir kepada Allah sehingga hatinya semakin sensitif dan air mata pun akan berlinangan.

Intinya, orang yang mau mengerjakan shalat akan termasuk ke dalam tujuh kelompok orang yang akan mendapat perlindungan dari Allah Subhanahu wa Ta’ala besok pada hari yang sangat berbahaya, yaitu hari kiamat.


7. Apakah Anda Tidak Ingin Menjadi Orang yang Meramaikan Rumah-rumah Allah?

Allah Subhanahu Wa Ta’ala telah berfirman.
”hanyalah yang memakmurkan mesjid-mesjid Allah ialah orang-orang yagn beriman kepada Allah dan hari kemudian, serta tetap mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan tidak takut (kepada siapa pun) selain kepada Allah, maka merekalah orang-orang yang diharapkan termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS. Al-Taubah: 18)

Dari ayat di atas kita dapat kita dapat mengambil beberapa pelajaran yang diantaranya adalah sebagai berikut::

1. Orang yang meramaikan rumah-rumah Allah adalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari Akhir. Anda hendaknya merasa takut jika anda sampai menjadi kebalikan dari orang yang dimaksudkan dengan ayat tersebut. Dengan begitu, anda akan segera bergegas menuju ke masjid untuk membuktikan bahwa anda bukanlah termasuk kebalikan dari orang-orang yang dimaksudkan dalam ayat tersebut.
2. sesungguhnya dengan mendirikan shalat seseorang berarti telah meramaikan masjid Allah. Bayangkan, apakah yang kira-kira dapat Anda harapkan dari Dzat yang maha kuasa dan maha mulia setelah anda meramaikan masjid dan rumah-Nya, sementara jika Anda meramaikan rumah seseorang saja, ia akan memberikan penghargaan dan penghormatan yang setinggi-tingginya? Lalu, bagaimana dengan Dzat yang memiliki seluruh langit dan bumi, dan telah menyiapkan surga untuk Anda? Dialah Dzat yang Maha Pemurah dan tidak bisa dibandingkan dengan manusia manapun. Dialah Dzat yang tiada duanya, Dzat yang memiliki segala kelebihan dan seluruh kebaikan.
3. sesungguhnya orang yang mau meramaikan rumah Allah hatinya akan menjadi lebih lembut, belas kasihan terhadap fakir, dan takut kepada Allah sehingga mau mengeluarkan zakat. Selain dari semua itu, apa yang sebenarnya Anda kehendaki, wahai kaum muslimin? Apakah Anda ingin menjadi orang yang hatinya keras karena jauh dari jalan yang telah ditentukan oleh Tuhan Anda, yang telah dijelaskan bahwa semua itu bisa melembutkan hati dan membuat seseorang mau melaksanakan perintah-perintah-Nya? Dari ayat di atas telah terlihat dampak positif yang akan terlahir dalam diri seorang muslim yang mau meramaikan masjid Allah. Jika demikian, mengapa Anda tidak memenuhi ajaran tersebut? Apakah ada hal yang lebih mulia dari meramaikan rumah Allah sehingga Anda tidak mau memenuhi ajakan tersebut? Apakah roda kehidupan Anda terganggu seandainya anda memenuhi ajakan tersebut?
Sesungguhnya roda kehidupan Anda tidak akan berjalan sebagaimana mestinya kecuali dengan membenahi diri Anda dengan cara mendekatkan diri kepada sang pencipta. Tanpanya, usaha Anda akan sia-sia dan tidak membuahkan hasil yang diharapkan. Apalah artinya sebuah usaha tanpa pertolongan dari Tuhan. Apalah artinya diri Anda jika anda berusa menjauhkan diri dari Dzat yang telah menciptakan Anda, Dzat yang mengatus setiap hembusan nafas Anda, serta Dzat yang akan menjadi tempat kembali.
Sesungguhnya usaha anda di dunia ini tidak akan ada gunanya sama sekali kecuali jika sesuai dengan kehendak Allah dan sejalan dengan syariat-Nya.
4. dalam ayat di atas Allah menjelaskan bahwa orang-orang yang mau meramaikan rumah Allah hanyalah mereka yang takut kepada Allah. Apakah Anda tidak ingin termasuk orang yang takut kepada Allah? Ataukah anda mengira bahwa takut kepada Allah mungkin diwujudkan dengan jalan lain selain yang telah ditentukan dan ditunjukkan oleh Allah? Tempat manakah -selain masjid- yang akan mampu membuat Anda takut kepada Allah?
Sesungguhnya jika Anda telah merenungkan seluruh alam raya ini, kemudian anda ternyata tidak mampu menjangkaunya, tetapi Anda masih saja tidak mau meramaikan masjid Allah... maka kami akan mengatakan kepada Anda: itu barati bahwa Anda belum takut kepada Allah, belum takut dengan siksaan-Nya, dan belum mengerti sepenuhnya kekuasaan-Nya.
Sesungguhnya hal-hal yang terjadi di sekitar Anda jika masih belum mendorong anda untuk bersujud kepada Allah, maka itu berarti anda belum bisa memahaminya dan belum membawa manfaat bagi Anda.
5. Ayat di atas menjelaskan bahwa orang-orang meramaikan masjid Allah merupakan mereka yang mendapat petunjuk dari-Nya. Apa yang Anda kehendaki selain petunjuk Allah?
Apakah Anda sudah tidak memerlukan petunjuk lagi? Mengapa anda begitu malas untuk mencarinya? Anda sama sekali tidak pernah malas untuk mencari rezeki, padahal ia sudah pasti akan datang. Lalu, mengapa Anda bermalas-malasan untuk mencari petunjuk, padahal ia belum pasti didapatkan semua orang? Ataukah Anda mengira ada jalan lain untuk mendapatkan petunjuk? Jika memanga ada, dimanakah jalan tersebut? Apakah Ada yang mampu memberikan petunjuk selain Allah.


8. Apakah Anda tidak Ingin Dosa-dosa Anda Diampuni?

Diriwayatkan dari Jabir Radhiyallahu anhu bahwa ia pernah bercerita, ”Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam pernah bersabda,

”perumpamaan shalat lima waktu adalah seperti sungai tawar yang mengalir di rumah salah seorang diantara kalian, kemudian ia mandi di dalamnya lima kali setiap harinya. Apakah kotorannya masih ada yang tersisa? ”Orang-orang kemudian menjawab, ”tidak, wahai Rasulullah.” Rasulullah kemudian melanjutkan , ”Begitulah, shalat lima waktu juga akan mampu menghapus dosa-dosa, seperti halnya air menghilangkan kotoran dari tubuh.” (HR. Muslim)

Diriwayatkan Abu Hurairah dari Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam pernah bersabda,

Sesungguhnya shalat itu bisa menghapus dosa-dosa, kecuali dosa-dosa besar. (HR. Muslim)

Siapakah orangnya yang tidak memiliki dosa yang hendak dihapusnya?

Simaklah hadits lain yang diriwayatkan dari Amru bin Abasah yang menceritakan bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam pernah bersabda,

”jika seseorang telah berdiri kemudian mengerjakan shalat, memuji Allah, menyanjung, dan mengagungkan-Nya, serta mencurahkan seluruh jiwanya kepada Allah, maka kesalahan-kesalahan yang pernah ia lakukan akan terhapuskan, seperti saat ia pertama kali dilahirkan dari rahim ibunya.” (HR. Muslim)

Diriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu bahwa ia pernah bercerita, Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam pernah bersabda,

”Maukah kalian aku tunjukkan amal yang bisa menghapus dosa-dosa dan meninggikan derajat?” Para Sahabat kemudian menjawab, ”Mau, wahai Rasulullah. Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam kemudian melanjutkan, ”Menyempurnakan wudhu, banyak melangkah menuju masjid, menuggu datangnya waktu shalat berikutnya setelah mengerjakan shalat yang pertama, dan berperang melawan musuh (melakukan jihad) –beliau mengucapkan hal itu sampai tiga kali.”

Diriwayatkan oleh Imam Bukhari dari Abdullah bin Mas’ud Radhiyallahu anhu bahwa ada salah seorang lelaki yang berzina dengan seorang perempuan, kemudian dia menghadap Rasulullah dan menceritakan hal itu sehingga turunlah firman Allah Subhanahu wa Ta’ala,

”Dan dirikanlah shalat itu pada kedua tepi siang (pagi dan petang) dan pada bahagiaan permulaan dari pada malam. Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapuskan (dosa) perbuatan-perbuatan yang buruk. Itulah peringatan bagi orang-orang yang ingat.” (QS. Huud: 114)

Lelaki itu kemudian bertanya kepada Rasulullah, ”Apakah ayat itu diturunkan untukku, wahai Rasulullah?” Rasulullah kemudian menjawab, ”Untuk seluruh umatku yang mau mengamalkannya.” (HR. Bukhari)


9. Jangan Pernah menyepelekan Shalat Fardhu

Diriwayatkan dari Umar bahwa ia pernah pulang dari kebun miliknya dan mendapati bahwa orang-orang telah selesai mengerjakan shalat Ashar. Maka ia kemudian berkata, ”Innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun, aku telah ketinggalan shalat ashar berjamaah. Aku bersaksi kepada kalian bahwa kebunku akan aku sedekahkan untuk para fakir miskin. ”Maksudnya adalah agar bisa menjadi penebus atas keterlambatannya dalam mengerjakan shalat ashar. Untuk itu, ia kemudian mensedekahkan kebun miliknya tersebut kepada para fakir miskin karena telah membuatnya melupakan satu shalat fardhu dengan berjamaah.” (tahdziiru l-Muslimiin min Ta’khiiri ash-shalaati, hlm 22)

Umar melakukan hal itu, padahal ia hanya ketinggalan shalat berjamaah sekali saja. Lalu, bagaimana dengan mereka yang tidak mengerjakan shalat fardu tersebut, baik sendirian maupun berjamaah? Bagaiman dengan mereka yang meniggalkan shalat satu hari penuh? Bahkan, bagaimana dengan mereka yang tidak pernah mengerjakan shalat sama sekali?

Simaklah saat Sa’id bin Musayyib mengatakan, ”Sejak dua puluh tahun yang lalu, setiap kali maudzin telah mengumandangkan adzan, aku pasti sudah ada di masjid.”

Jika Sa’id bin Masayyib saja melakukan hal itu, lalu bagaimana dengan ulama salaf yang lain?
10. ApakahAnda Ingin Menyia-nyiakan Saat-saat Dimana Dosa Selama Sepuluh Hari akan Diampuni

Diriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu bahwa dia pernah bercerita, Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam pernah bersabda,

”Barangsiapa berwudhu dengan sempurna, kemudian ia pergi ke masjid untuk menjalankan shalat jumat dan mendengarkan khutbah dengan penuh perhatian, maka kesalahannya mulai hari itu sampai hari jumat berikutnya akan diampuni, dan masih ditambah tigahari lagi.” (HR. Muslim, Abu Dawud, at-Tirmidzi, dan Ibnu Majah.)

Orang yang meniggalkan shalat tentunya akan menyia-nyiakan saat-saat tersebut dan kebaikan-kebaikan lain yang tak terhitung jumlahnya.


11. Mengapa Anda Menyia-nyiakan Pahala Bersegera Pergi Menjalankan shalat jumat?

Salah satu keuntungan yang akan didapatkan oleh orang yang mau mengerjakan shalat adalah bersegera datang ke masjid untuk mengerjakan shalat jumat; hal yang sungguh akan mampu melapangkan jiwa dan mendatangkan keridhaan Tuhan. Jadi, mengapa anda menyia-nyiakan kesempatan tersebut? Atas dasar apa? Apa yang bakal bisa menggantikannya?

Diriwayatkan dari Abu Huarirah Radhiyallahu Anhu bahwa ia pernah bercerita, Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam pernah bersabda,

”Barangsiapa mandi jinabat pada hari jumat, kemudian datang ke masjid pertama kali, maka ia seolah-olah telah berkurban dengan onta. Barang siapa datang pada saat-saat berikutnya, maka ia seolah telah berkurban dengan sapi. Barangsiapa datang pada saat berikutnya lagi, maka ia seolah telah berkurban dengan domba yang bertanduk kuat yang mengindikasikan sehat dan gemuknya domba tersebut. Barangsiapa datang pada saat-saat berikutnya lagi. Maka ia seolah-olah berkurban dengan ayam jago. Barangsiapa datang pada saat-saat berikutnya lagi, maka ia seolah telah berkurban dengan telur. Dan jika sang imam telah beranjak untuk berkhutbah, maka malaikat pun akan datang untuk mendengarkan khutbahnya.” (HR. Malik, Bukhari, dan Muslim.)

Pada hakikatnya, inti dari hadits tersebut adalah ajakan untuk berlomba-lomba datang ke masjid sedini mungkin. Jika seseorang semakin cepat datang ke masjid, maka bertambah pula pahala yang akan ia dapatkan. Jika demikian, apakah orang yang tidak mengerjakan shalat bisa ikut berlomba untuk mendapatkan keuntungan yang sanat besar tersebut?

Berapa banyakpahala dan kebaikan yang telah disia-siakan oleh orang yang meninggalkan shalat? Sesungguhnya orang yang meniggalkan shalat telah menyia-nyiakan banyakbanyak hal kemudian menyesal karenanya.


12. Dirikanlah Shalat Sebelum Hati Anda Menjadi Keras

Diriwayatkan dari Abu Hurairah dan Ibnu Umar Radhiyallahu Anhu bahwa keduanya pernah mendengar Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam berkata di atas mimbar,

”Orang-orang itu hendaknya menyudahi kebiasaan mereka untuk tidak melaksanakan shalat jumat. Jika tidak maka Allah akan mengeraskan hati mereka sehingga mereka akan menjadi orang-orang yang lalai.” (HR. Muslim, Ahmad, dan an-Nasa’I dari hadits Ibnu umar dan Ibnu Abbas.)

Diriwayatkan dari Abu Ja’d adh-Dhamari dan taman-temannyas bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam pernah bersabda,

”Barangsiapa meninggalkan shalat jumat tiga kali karena menyepelekannya, maka Allah akan mengeraskan hatinya.” (HR. Imam yang lima. Ahmad dan Ibnu Majah meriwayatkan dari hadits Jabir dan yang lainnya.)

Sesungguhnya, jika Anda berbicara dengan orang yang terbiasa meniggalkan shalat jumat dan mengajaknya untuk mengerjakan shalat, maka ia akan berkata Anda, ”Sebenarnya hatiku lembut dan niatku baik. Bukankah amali itu tergantung dengan niatnya?” dan sebagainya.

Lihatlah bagaimana Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam menjelaskan bahwa meninggalkan shalat dapat mempengaruhi hati dan mengeraskannya. Dengan begitu, gugurlah alasan-alasan yang selama ini diajukan oleh orang-orang yang terbiasa melalaikan shalat.


13. Semua Orang Butuh Pelajaran

Dimanapun tempatrnya, anak manusia akan selu melakukan kesalahan, sebagaimana yang telah disebutkan dalam sebuah hadits nabi. Allah Subhanahu wa Ta’ala juga tela berfifman,

”Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan.” (QS. Yusuuf: 53)

Al-qur’an juga telah menceritakan tentang nabi Yusuf yang pernah mengatakan,

”Dan jika tidak engkau hindarkan daripadaku tipu daya mereka, tentu aku akan cenderung untuk (memenuhi keinginan mereka) dan tentulah aku termasuk orang-orang yang bodoh.” (QS. Yusuuf: 33)

Siapakah orangnya yang mampu mengetahui apa yang terbaik bagi dirinya, selain dzat yang telah menciptakannya?

Sesungguhnya Dzat yang menciptakan kita telah menyiapkan sebuah program pendidikan untuk mendidik jiwa kita dan menjelaskan bahwa shalat adalah pokok terpenting dan fondasi utama dari program tersebut. Jika agama adalah sistem dari program kita, makashalat adalah tiang agama tersebut.

Adapun pengaruh shalat bagi jiwa manusia, adalah sebagaimana yang telah dijelaskan Allah melalui firman-Nya,

”Sesungguhnya Shalaat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain).” (QS. Al-Ankabuut:45)

Simak juga ketika Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

”Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir. Apabila ia ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah, dan apabila ia mendapat kebaikan ia amat kikir, kecuali orang-orang yang mengerjakan shalat yang mereka itu tetap mengerjakan shalatnya.” (QS. Al-Ma’aarij:22-23)

Sesungguhnya ayat Al-Qur’an senantiasa mengaitkan sifat-sifat yang keji dengan manusia. Contohnya adalah firman Allah,

”Ketahuilah, sesungguhnya manusia itu benar-benar melampaui batas.” (QS. Al-’Alaq: 6)

Akan tetapi, setelah itu datang pengecualian bagi orang-orang yang bisa mengerjakan shalat. Hal itu tidak mungkin terjadi jika tidak karena pengaruh dan didikan yang ada dalam shalat. Untuk menegaskan hal itu, kita bisa melihat bahwa surat al-Ma’aarij ayat 19-23 diikuti dengan ayat lain yang membahas sifat-sifat kaum mukminin, kemudian ditambah lagi dengan penegasan –secara khusus- tentang sifat yang berkaitan dengan shalat dalam firman Allah,

”Dan orang-orang yang memelihara shalatnya.” (QS. Al-Ma’aarij: 34)

Kemudian dilanjutkan dengan firman Allah,

”Mereka itu (kekal)di surga lagi dimuliakan.” (QS. Al-Ma’aarij: 35)


14. Apakah Anda Ingin Memutuskan Hubungan Anda dengan Allah?

Pada hakikatnya shalat merupakan penghubung antara seorang hamba dengan tuhannya. Apakah Anda ingin memutuskan hubungan tersebut? Merupakan hal yang wajar jika seseorang memutuskan hubungan dengan orang yang tidak dibutuhkannya. Namun, Apakah Anda sudah tidak lagi membutuhkan Allah?

Allah Subhanahu wa Ta’ala telah berfirman,

”hai manusia, kamulah yang berkehendak kepada Allah; dan Allah Dia-lah yang mahakaya (tidak memerlukan sesuatu) lagi Maha Terpuji.” (QS. Faathir: 15)

Sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta’ala menguasai rezeki Anda, memberikan manfaat kepada Anda. Bahkan, nafas yang selalu keluar masuk dari tubuh Anda, tidak akan mampu bergerak kecuali dengan izin dan pengawasan dari-Nya dalam setiap sisi kehidupan Anda, baik yang kecil maupun yang besar. Tidakkah suatu saat nanti Anda akan terkena musibah atau bencana-sementara Anda tahu bahwa Dia adalah Dzat yang menghilangkan berbagai macam bentuk manusia dan bencana, kemudian Anda berdoa kepada-Nya? Sesungguhnya Shalat adalah doa dan hubungan Anda dengan allah berarti hubungan dengan Dzat yang Maha Pemurah dan Mahakuasa. Oleh karena itu, dekatkanlah diri Anda kepada-Nya sehingga Dia akan mengabulkan doa-doa Anda, dan jangan menjauh dari-Nya sehingga Dia tidak mengabaikan doa-doa Anda. Dia adalah Dzat yang Mahakaya yang dipuja-puja karena banyaknya anugerah yang telah diberikan-Nya, dipuja-puja karena kebijaksanaan-Nya dalam menyelesaikan persoalan-persoalan yang menimpa para hamba-Nya. Oleh karana itu, carilah belas kasih-Nya dan jangan mencari muka-Nya. Dialah Dzat yang berkuasa atas diri Anda. Dia telah memerintahkan...maka penuhilah perintahtersebut. Dia juga telah mengharapkan Anda bisa dekant dengan-Nya...maka jangan berusaha menjauhkan diri dari-Nya. Sesungguhnya Anda mengaku bahwa Anda mencintai-Nya, tetapi pada kenyataannya anda tidak berusaha untuk mendekatkan diri kepada-Nya dan tidak berusaha bermunajat dengan-Nya. Cinta macam apakah itu?


15. apakah Anda tidak Membutuhkan Pertolongan?

Sesungguhnya shalat adalah sebaik-baik penolong bagi Anda, baik dalam urusan dunia maupun urusan agama. Hal itu sebagaimana ditegaskan firman Allah dalam ayat suci al-Qur’an,

”Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu.” (QS. Al-Baqarah: 45)

Siapakah orangnya yang tidak butuh pertolongan? Jika Anda mengerjakan shalat, sesungguhnya Anda sedang berdiri di hadapan Pencipta Anda, meminta pertolongan kepada-Nya, dan berdoa kepada-Nya, sehingga dia akan mengabulkan permintaan Anda. Dalam hal ini Allah Subhanahu wa Ta’ala telah berfirman,

”Atau siapakah yang memperkenankan (doa) orang yang dalam kesulitan apabila ia berdoa kepada-Nya, dan yang menghilangkan kesusahan?” (QS. An-Naml: 62)

Dan, kehidupan modern ini begitu penuh dengan kesulitan dan tekanan. Hanya saja, sebuah doa akan dikabulkan jika seorang muslim mau taat kepada tuhannya terlebih dahulu, sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala,

”Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang mendoa apabila ia berdoa kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah)-Ku dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.” (QS. al-Baqarah:186)

Sesungguhnya shalat merupakan bentuk ketaatan yang paling utama. Oleh karena itu, barang siapa menyepelekannya maka itu berarti bahwa dia telah menyatakan kedurkahakaanya secara terang-terangan. Pernyataan durhaka tersebut diulanginya setiap kali ia mendengar muadzin mengumandangkan adzan, tetapi ia hanya menggoyangkan lehernya, memalingkan punggungnya, menulikan telinganya, dan tidak mau memenuhi panggilan tersebut.


16. Sejalan Harmonis dengan Lingkungan Tempat Anda Tinggal

Bagaimana urusan Anda akan berjalan dengan lancar jika Anda tidak menyesuaikan diri dengan lingkungan tempat Anda tinggal?

Sesungguhnya seluruh Alam ini bertasbih dan berdoa kepada Allah. Allah Subhanahu wa Ta’ala telah berfirman,

”..dan (juga) burung dengan mengembangkan sayapnya. Masing-masing telah mengetahui (cara) shalat dan tasbihnya.” (QS. al-Nuur: 41)

Allah juga berfirman,

”Dan tak ada suatupun melainkan bertasbih dengan memuji-Nya, tetapi kamu sekalian tidak mengerti tasbih mereka.” (QS. Al-Israa: 44)

Allah Subhanahu wa Ta’ala juga berfirman lagi,

”Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku.” (QS. Al-Dzaariyaat: 56)

Dan berfirman lagi

”Jika mereka menyombongkan diri, maka mereka (malaikat) yang di sisi tuhanmu bertasbih kepada-Nya di malam dan siang hari, sedangkan mereka tidak jemu-jemu.” (QS. Fushshilat: 38)

Jika demikian kenyataannya, bagaimana Anda akan keluar dari kesepakatan alam tersebut, wahai manusia?

Apakah penyebabnya adalah karena Tuhan Anda telah memberikan kebebasan kepada Anda untuk memilih, dan tidak memaksa Anda untuk tunduk kepada perintah-Nya, sebagaimana yang dilakukan-Nya terhadap makhluk-makhluk yang lain? Dengan demikian, Anda berarti telah membuktikan bahwa Anda sebenarnya memang tidak berhak mendapatkan kebebasan tersebut. Karena pada kenyataannya Anda tidak mampu memilih dengan sebaik-baiknya. Karena, kalau memang Anda bisa memilih dengan sebaik-baiknya, niscaya Anda sudah masuk ke dalam kelompok mereka yang mau beribadah dan bertasbih kepada Allah. Kalau Anda memang benar-benar bisa memilih, niscaya Anda akan berdiri dalam barisan mereka yang mau mengerjakan shalat dan menjadikan malaikat yang notabene merupakan makhluk yang paling mulia sebagai suri tauladan dalam masalah tersebut. Dalam hal ini Allah Subhanahu wa Ta’ala telah berfirman,

”Dan sesungguhnya kami benar-benar bershaf-shaf (dalam melaksanakan perintah Allah).” (QS. Al-Ahaaffaat:165)

Allah telah mamuliakan kita dari makhluk-makhluk yang lain dengan cara menjadikan shaf (barisan) kita shalat, seperti barisan para malaikat. Jika demikian, mengapa Anda justru keluar dari barisan tersebut dan meniggalkan kemuliaan serta kedudukan yang tinggi tersebut?

Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam telah bersabda,

”Apakah kalian tidak ingin bershaf-shaf sebagaimana para malaikat melakukan hal itu saat menghadap Tuhan mereka? Mereka akan senantiasa menyempurnakan shaf pertama terlebih dahulu dan merapatkan shaf tersebut.” (HR.Bukhari)


17. Apakah Anda Tidak Ingin Masuk surga?

Diriwayatkan dari Ma’dan bin Abu Thalhah al-Ya’ mari bahwa ia pernah bercerita, ”Aku pernah bertemu dengan Tsauban, salah seorang budak Rasulullah, maka aku kemudian bertanya, ”Tunjukkan kepadaku amal yang jika aku melakukannya maka amal tersebut akan membuatku masuk surga.” Dia kemudian menjawab, ”Aku pernah menanyakan hal itu kepada Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam dan beliau menjawab,

”Perbanyaklah sujud kepada Allah, karena setiap kali engkau bersujud kepada Allah maka ia akan mengangkat derajatmu satu tingkat dan menghapus satu kesalahan yang pernah engkau lakukan.” (HR. Muslim)

Diriwayatkan dari Uqbah bin Amir Radhiyallahu Anhu bahwa ia pernah berkata, ”Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam pernah bersabda,

”Barangsiapa berwudhu dengan sebaik-baiknya, kemudian mengerjakan shalat dua rakaat dengan fisik dan hatinya, maka ia pasti akan dimasukkan ke dalam surga.” (HR. Muslim)

Yakinlah bahwa masuk surga merupakan dambaan seluruh kaum muslimin. Setiap muslim mengetahui bahwa di dalam surga sana ada kenikmatan yang tidak bisa dilihat oleh mata, tidak bisa didengar oleh telinga, dan tidak bisa dirasakan oleh hati manusia. Apakah keinginan semacam itu pernah terbesit dalam hati Anda?

Ataukah Anda ingin menjauhkan diri Anda dari surga? Al-Damwury pernah mengatakan, ”Kala itu Abu hurairah pernah mengatakan, ”Ceritakanlah kepadaku jika memang ada seseorang yang masuk surga, sementara dia tidak pernah mengerjakan shalat sama sekali.” (Hadits hasan. Lihat kitab Ash-Shalaatu Limadza?, Syeikh Muhammad bin Ismail al-Muqaddam, hlm103)

Diriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu bahwa rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam pernah berkata kepada Bilal Radhiyallahu Anhu saat ia sedang mengerjakan shalat subuh,

Wahai Bilal, katakanlah kepadaku mengenai amal yang paling bisa engkau harapkan yang telah kamu lakukan selama ini. Karena sesungguhnya aku telah mendengar suara tepukan kedua sandalmu di kedua tangaku di surga sana.”

Bilal kemudian menjawab, ”Aku tidak pernah mengerjakan amal yang bisa aku harapkan. Hanya saja, setiap kali akubersuci, baik pada tengah malam maupun siang hari, aku selalu menggunakannya untuk mengerjakan shalat sebanyak mungkin.” (HR. Bukhari)

Juga diriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu dari Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam pernah bersabda,

”Barangsiapa berangkat atau pulang dari masjid, maka Allah akan menyiapkan tempat tinggal di surga setiap kali ia pergi atau kembali.” (Muttafaq Alaih)

Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam juga pernah bersabda,

”Barangsiapa mengerjakan shalat isya’ dan subuh, maka ia akan masuk surga.” (Muttafaq Alaih)

Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam juga pernah bersabda lagi,

”Barangsiapa diantara kalian yang berwudhu dengan sebaik-baiknya, kemudian mengucapkan, ’Asyhadu an laa ilaaha illallah, wahdahu laa syariika lahu, wa asyhadu anna Muhammadan abduhu wa Rasuuluhu’, maka akan dibukakan delapan pintu surga untuknya dan ia bisa masuk ke surga melalui pintu yang ia sukai.” (HR. Muslim)


18. Apakah Anda Tidak Ingin Dekat dengan Tuhan Anda?

Rasulullah SAW, pernah bersabda,

”Kondisi di mana seseorang paling dekat dengan tuhannya adalah saat dia sedang bersujud. Oleh karena itu, perbanyaklah berdoa di dalamnya.” (HR. Muslim)

Bagaimana seseorang di beri kesempatan untuk mendekatkan diri dengan tuhannya, Dzat yang Mahakuasa untuk memberikan manfaat dan marabahaya bagi dirinya, Dzat yang Maha Belas Kasih yang menguasai seluruh kebaikan, kemudian ia menyia-nyiakannya begitu saja? Rasulullah telah menyarankan kepada seorang muslim agar memperbanyak berdoa kepada Allah saat dia sedang dekat Dengan-Nya; kondisi di mana doa akan dikabulkan oleh-Nya...

Sesungguhnya seseorang akan senang jika ia bisa dekat dengan seorang penguasa atau orang yang diharapkan bisa memberikan manfaat kepadanya. Lalu, bagaimana dengan Tuhan seluruh alam semesta?

Sesungguhnya shalat akan membuat Anda dekat kepada Tuhan Anda kapan pun Anda suka tanpa harus membuat perjanjian terlebih dahulu. Tidak seorang pun –betapa pun tingginya kekuasaannya dan besarnya kekuatan yang dimilikinya- mampu menghalangi Anda untuk melakukan hal itu. Ini sungguh merupakan nikmat yang begitu agung dan tiada terkira dari Allah yang tidak dikhususkan bagi orang-orang tertentu saja, tetapi terbuka untuk semua orang. Adakah rahmat yang lebih besar dari itu? Kesalahan macam apakah yang akan mampu menghalangi seseorang untuk masuk ke dalam pintu rahmat yang memang di buka untuk umum?


19. Apakah Anda Ingin Menyia-nyiakan Iman Anda?

Ketika Anda mengajak shalat orang yang biasa meniggalkan shalat, maka ia pasti akan menjawab, ”Sesungguhnya aku beriman kepada Allah, niatku baik, dan hatiku dipenuhi dengan keimanan, dsb..” Hanya saja, apa yang dikatakannya tersebut sama sekali tidak berdasar, logikanya ngawur, dan tidak sesuai dengan apa yang ada dalam hati kecilnya. Alasan yang ia kemukakan tersebut sama sekali tidak ada gunanya. Sebagai buktinya, cukuplah bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala manamakan shalat tersebut sebagai keimanan, sebagaimana disebutkan dalam firman-Nya,

..”dan Allah tidak akan menyia-nyiakan imanmu.” (QS. Al-Baqarah: 143)

Dengan meninggalkan shalat, ia berarti telah menyia-nyiakan keimanan. Bagaimana ada keimanan tanpa shalat? Bagaimana orang yang mengaku beriman bisa meninggalkan shalat?

Sesungguhnya, sifat utama yang membuat seseorang dikatakan sebagai orang yang beriman adalah ketika ia senantiasa melaksanakan shalat tepat pada waktunya dan dengan hati yang khusyu’. Hal itu sebagaimana disebutkan dalam firman Allah Subhanahu wa Ta’ala,

”Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, (yaitu) orang-orang yang khusyu’ dalam shalatnya.” (QS. Al-Mukminuun: 2)


20. Apakah Anda Tidak Ingin Menjadi Orang yang Beruntung?

Saya yakin bahwa beruntung di dunia dan akhirat merupakan dambaan semua orang yang berakal, bahkan dambaan semua orang secara keseluruhan. Dan Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menjelaskan kepada para hamba-Nya jalan menuju ke sana, dalam firman-Nya,

”Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, (yaitu) orang-orang yang khusyu’ dalam shalatnya (QS. Al-Mukminuun: 2)

Kemudian dilanjutkan dengan firman-Nya,

”..dan orang-orang yang memelihara shalatnya.” (QS. Al-Mukminuun: 9)

Sampai akhirnya ayat tersebut dilanjutkan dengan firman-Nya,

”Mereka itulah orang-orang yang akan mewarisi, (yakni) yang akan mewarisi surga firdaus, Mereka kekal di dalamnya.” (QS. Al-Mukiminuun: 10-11)

Keberuntungan macam apakah itu? Adakah yang akan mampu menggantikannya?

Firman Allah dalam surat al-Hasyr juga menggambarkan jalan untuk memperoleh kemenangan tersebut,

”Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allah, lalu Allah menjadikan mereka lupa kepada diri mereka sendiri. Mereka itulah orang-orang yang fasik. Tiada sama penghuni-penghuni neraka dengan penghuni-penghuni surga itulah orang-orang yang beruntung.” (QS. Al-Hasyr: 18-20)

Selain itu, firman Allah dalam ayat yang lain juga menunjukkan bahwa al-Qur’an merupakan jalan orang-orang yang beruntung, tangga bagi orang-orang yang beriman, tali Allah yang kuat, serta jalan-Nya yang lurus.

”Kalau sekiranya kami menurunkan Al-Qur’an ini kepada sebuah gunung, pasti kamu akan melihatnya tunduk terpecah belah disebabkan takut kepada Allah. Dan perumpamaan-perumpamaan itu kami buat untuk manusia supaya mereka berfikir.” (QS. Al-Hasyr: 21)


21. Apakah Anda Ingin Masuk Neraka?

Sesungguhnya salah satu penyebab utama masuknya seseorang ke dalam neraka adalah karena ia meninggalkan shalat. Tidakkah Anda mendengar firman Allah,

”Apakah yang memasukkan kamu ke dalam Saqar (neraka)? Mereka menjawab, ”Kami dahulu tidak termasuk orang-orang yang mengerjakan shalat.” (QS. Al-Muddatstsir: 42-42)

Oleh karena itu, selamatkanlah diri Anda dari api neraka dan bersegeralah untuk bersujud kepada Allah, mengerjakan shalat. Rasulullah SAW pernah bersabda,

”Orang yang mau mengerjakan shalat sebelum terbit dan terbenamnya matahari maka ia tidak akan masuk neraka.” (HR. Muslim)

Rasulullah SAW juga pernah bersabda,

”Barangsiapa mengerjakan shalat isya’ dan shubuh, maka dia akan masuk surga.” (Muttafaq Alaih)


22. Apakah Anda Ingin Melakukan Dosa yang Paling Besar?

Imam Ibnu Hazim pernah mengatakan, ”Tidak ada dosa yang lebih besar setelah syirik selain meniggalkan shalat sampai waktunya habis, dan membunuh seorang mukmin dengan sewenang-wenang.” (Al-Kabaair, al-Dzahabi, hlm 26. Lihat juga kitab Ash-shaalatu Limaadza?)

Coba Anda perhatikan, bagaimana kejahatan meniggalkan shalat ditempatkan dalam urutan pertama sebelum kejahatan yang paling kejam, yaitu membunuh seorang mukmin dengan sewenang-wenang?! Karena itulah, Imam Ibnu Qayyim al-Jauziyah mengatakan, ”Kaum muslimin telah sepakat bahwa meniggalkan shalat fardhu dengan sengaja merupakan dosa besar, dan bahwa dosanya di sisi Allah lebih besar jika dibandingkan dengan dosa membunuh, mencuri, berzina, dam minum arak. Selain itu, meniggalkan shalat sama artinya dengan mencari hukuman Allah Subhanahu wa Ta’ala dan murka-Nya, baik di dunia maupun di akhirat.” (Al-Shalaatu wa Hukmu Taarikiha, hlm 3)

Imam al-Dzahabi mengatakan, ”Orang yang mengakhirkan shalat dari waktunya adalah orang yang telah melakukan dosa besar. Adapun orang yang tidak mengerjakan satu shalat fardhu adalah seperti orang yang berzina dan mencuri. Hal itu bisa terjadi karena meniggalkan shalat atau malalaikannya merupakan tindakan dosa besar. Jika ia sampai melakukan hal itu berulang kali, maka ia termasuk ke dalam golongan orang yang terbiasa melakukan dosa besar, kecuali jika ia mau bertaubat. Adapun jika ia terus-menerus meniggalkan shalat, maka ia termasuk orang yang paling merugi dan kriminil kelas atas.” (Op.cit., al-Kabaair, hlm 28)


23. Apakah Anda Ingin Mendapatkan Ancaman dari Tuhan?

Sesungguhnya allah telah mengancam orang yang berani meniggalkan shalat, melelui beberapa ayat dalam al-Qur-an. Coba anda simak firman Allah berikut ini,

”Kecelakaan yang besarlah pada hari itu bagi orang-orang yang mendustakan. Dan apabila dikatakan kepada mereka, ”Ruku’lah niscaya mereka tidak mau ruku’. Kecelakaan yang besarlah pada hari itu bagi orang-orang yang mendustakan.” (QS. Al-Mursalaat: 47-49)

Bahkan Allah juga mengancam orang-orang yang meniggalkan shalat. Lebih-lebih mereka yang meninggalkannya. Dalam hal ini Allah telah berfirman,

”Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat, (yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya.” (QS. Al-Maa’uun: 4-5)

Apakah Anda akan menyelepekan ancaman Dzat yang kuasa untuk melakukan segala sesuatu? Apakah Anda memiliki kekuatan yang akan mampu melindungi Anda dari kekuatan Tuhan yang begitu dahsyat? Apakah Anda akan mampu menyelamatkan diri Anda dan menebusnya dengan harta atau sejenisnya? Apabila semuanya telah terjadi, apakah akan ada gunanya sebuah penyesalan?

Sesungguhnya shalat merupakan kesempatan yang takakan terulang untuk yang kedua kali. Sungguh merupakan tindakan yang bijaksana jika Anda memperkirakan datangnya maut menjemput Anda. Bersimpuhlah dihadapan Tuhan Anda dengan kemauan Anda sendiri sebelum Anda dihadapkan kepada-Nya dengan paksaan dan dalam keadaan terhina.


24. Jika Dada Anda Terasa Sesak, Apakah yang Akan Anda Lakukan?

Semua orang pasti mengalami saat-saat di mana dadanya terasa sesak, sangat gelisah, terhimpit, dan seakan tidak ada lagi jalan keluar. Pada saat-saat seperti itu, Apakah yang akan ia lakukan?

Sesungguhnya orang yang jauh dari tuhannya dan tidak pernah mengerjakan shalat terkadang tidak memperhatikan murka Allah sehingga dia memilih arak sebagai sarana untuk menghilangkan permasalahan yang dihadapinya atau merokok dengan keyakinan bahwa hal itu akan mendatangkan ketenangan. Padahal, dengan melakukan hal itu ia sebenarnya telah menambah permasalahan baru yang pasti akan menimbulkan efek yang tidak baik, baik dalam jangka pendek maupun jangka yang panjang.

Orang yang terbiasa meniggalkan shalat akan kehilangan kelapangan hati karena rahmat Allah yang diberikan kepada orang yang bersimpuh di hadapan-Nya, bermunajat kepada-Nya, membuang segala beban yang dirasakannya, menghilangkan kesedihannya, melupakan keresahannya, menerangi jalannya, menyinari sisi kehidupannya yang begitu kelam, dan membukakan pintu-pintu untuknya. Semua itu terjadi karena kekuasaan Tuhannya. Dia telah meminta perlindungan kepada-Nya sehingga ia kemudian menjaganya, menyelamatkannya, dan memberikan apa yang dikehendakinya.

Allah Subhanahu wa Ta’ala telah berfirman,

”Dan kami sungguh-sungguh mengetahui, bahwa dadamu menjadi sempit disebabkan apa yang mereka ucapkan, maka bertasbilah dengan memuji Tuhanmu dan jadilah kamu diantara orang-orang yang bersujud (shalat), dan sembahlah Tuhanmu sampai datang kepadamu yang diyakini (ajal),” (QS. Al-Hijr: 97-99)

Ketika seorang muslim merasa gelisah, maka ia akan segera mengerjakan shalat, sebagaimana yang pernah dilakukan oleh Rasulullah. Karena shalat dapat melapangkan jiwa dan menenangkan hati. Shalat juga merupakan ungkapan rasa syukur kepada Tuhan dan sebagai bukti kepatuhan terhadap perintah-Nya. Balasan dari rasa syukur adalah kebaikan yang lebih banyak lagi, terutama hilangnya kesedihan. Balasan dari ketaatan adalah balasan dari orang yang ditaati terhadap orang yang mentaati, penjagaanya, pemenuhan tuntutan-tuntutannya, penyelesaian terhadap problema yang dihadapinya, dan penyembuhan terhadap luka yang ada dalam jiwanya.


25. Apakah Anda Tidak ingin Termasuk ke dalam Golongan Orang-orang yang Bersyukur?

Allah Subhanahu wa Ta’ala telah berfirman,

”Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur.” (QS. An-Nahl: 78)

Seandainya ada seseorang yang berbuat kebaikan kepada Anda, bagaimana sikap Anda terhadap orang tersebut? Anda tentunya akan berusaha membalas kebaikannya tersebut dengan kebaikan serupa. Seandainya Anda tidak mampu untuk melakukan hal itu, apakah Anda juga akan merasa keberatan untuk sekedar mengucapkan terima kasih kepadanya?

Itu tadi sebuah kebaikan. Lalu, bagaimana dengan Dzat yang telah memberikan kebaikan sepanjang hidup Anda? Dia yang sama sekali tidak pernah jemu-jemu untuk memberikan kasih sayang dan rezeki-Nya kepada Anda? Dia yang telah memberikan nikmat yang tidak terbatas jumlahnya dan tidak dapat Anda hitung?

”Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidakkah kamu dapat menghitungnya.” (QS. Ibrahim: 34)

Apakah Anda akan membalas semua itu dengan kekufuran? Apakah Anda hanya mau memakan kebaikan-Nya tetapi tidak mau bersyukur kepada-Nya? Apakah Anda akan terang-terangan durhaka kepada-Nya, sementara Anda berada dalam kekuasaan-Nya? Apakah Anda akan membangkang terhadap perintah-nya, sementara Dia telah menguatkan tulang-tulang Anda dan menciptakan Anda dengan bentuk yang sebaik-baiknya?

”Hai manusia, apakah yang telah memperdayakan kamu (berbuat durhaka) terhadap Tuhanmu Yang Maha Pemurah. Yang telah menciptakan kamu lalu menyempurnakan kejadianmu dan menjadikan (susunan tubuh) mu seimbang, dalam bentuk apa saja yang Dia kehendaki, Dia menyusun tubuhmu.” (QS. Al-Infithaar: 6-8)

Dia telah menganugerahkan anggota tubuh seperti mata dan telinga yang semestinya –sebagai ungkapan rasa syukur kepada-Nya- Anda gunakan untuk beribadah kepada-Nya. Akan tetapi, pada kenyataanya Anda malah menggunakannya untuk durhaka kepada-Nya dan menentang-Nya...

Apakah Anda tidak takut dia akan mengambilnya kembali? Sementara Anda berhak mendapatkan hal itu karena Anda telah menggunakan anggota tubuh tersebut untuk hal-hal yang tidak sesuai dengan tujuan penciptaannya? Apakah merupakan hal yang wajar jika di dunia ini ada orang yang memberikan sesuatu kepada Anda sebagai hadiah, kemudian Anda menggunakannya untuk hal-hal yang tidak ia sukai?

Contohnya adalah jika ada seseorang yang memberikan hadiah pena kepada Anda, tetapi Anda malah menggunakannya untuk menulis surat untuk mengecam dan mencelanya.

Bersyukur kepada dzat yang telah menganugerahkan nikmat kepada kita merupakan etika yang tidak boleh dilupakan oleh setiap muslim, karena Allah juga akan semakin banyak memberikan anugerah-Nya kepada orang-orang yang mau bersyukur kepada-Nya. Tidakkah Anda memperhatikan firman Allah,

”Sesungguhnya jika kamu bersyukur niscaya Kami akan menambahkan (nikmat) kepadamu.” (QS. Ibrahim:7)

Tidakkah Anda takut jika setelah itu Anda mendengar firman-Nya,

”...dan jika kamu mengingkari (nikmat-ku), maka sesungguhnya adzab-Ku sangat pedih.” (QS. Ibrahim:7)

Dari ayat tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa rasa takut itu seharusnya akan lahir dari dalam diri nseseorang jika ia tidak mensyukuri nikmat-nikmat tersebut. Hal ini kemudian lebih ditegaskan lagi dengan penjelasan tentang sangat pedihnya adzab Allah. Penegasan akan hal itu terlihat dengan penggunaan kata ’sesungguhnya’ dalam ayat tersebut.

Bagaimana Anda tidak mengikuti jejak Rasulullah, sementara Anda adalah seorang muslim sampai kakinya bengkak-bengkak, padahal dosa-dosanya –baik yang telah lalu maupun yang akan datang- telah diampuni oleh Allah. Hal itu beliau lakukan tak lain agar tindakannya tersebut bisa menjadi contoh bagi orang-orang yang bersyukur. Jika Anda bermalas-malasan untuk melakukan hal itu, atau menyangka bahwa Anda tidak mampu melakukannya meskipun hanya sebagian saja, maka setidak-tidaknya Anda mau mengerjakan shalat fardhu.


26. Apakah Anda Tidak ingin Memiliki Cahaya dalam Diri Anda?

Abu Darda’ Radhiyallahu Anhu pernah berkata, ”shalatlah dua rakaat di tengah malam untuk persiapan gelapnya alam kubur.” (lihat: Ash-Shalaatu Limaadza?, hlm 42)

Adapun pada hari kiamat kelak, orang yang biasa mengerjakan shalat, keningnya akan memancarkan cahaya. Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam pernah bersabda,

”Shalat adalah cahaya.” (HR. Muslim)

Shalat juga akan membuat wajah menjadi lebih cerah dan bercahaya, sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala,

“Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih saying sesame mereka: kamu lihat mereka ruku’ dan sujud mencari karunia Allah dan keridhaan-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud.” (QS. Al-Fath: 29)

Apakah Anda tidak ingin termasuk ke dalam golongan orang yang dipuji Allah dengan sifat semacam itu? Anda akan merasa bahwa Allah meridhai mereka karena mereka mau ruku’, sujud, dan berdoa kepada-Nya untuk meminta anugerah dan ridha-Nya, kemudian ia akan memberikan anugerahnya yang tiada terhingga. Diantaranya adalah dengan menjadikan cahaya di dalam diri mereka karena mereka khusyu’ saat menjalankan shalat dan mendekatkan diri kepada-Nya.

Apakah Anda tidak memperhatikan bahwa Allah berfirman,

”Allah (pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi.” (QS. Al-Nuur: 35)

Bagaimana seorang hamba bisa mendekatkan diri kepada Allah jika ia tidak memiliki cahaya yang membedakannya dengan hamba-hamba lain yang memiliki harta dan kekuasaan tetapi mereka justru berpaling dari Tuhannya dan tidak mau mendekatkan diri kepada-Nya?


27. Apakah Anda Tidak Ingin Diingat oleh Allah?

Allah Subhanahu wa Ta’ala telah berfirman,

”Oleh katena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu.” (QS. Al-Baqarah: 152)

Jika Anda mau mengingat Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan cara menjalankan shalat, niscaya Dia akan mengingat Anda dengan keutamaan dan Rahmat-Nya, serta mengingat Anda dengan kebaikan di surga sana.

Adapun jika anda berpaling dari-Nya dan melupakan-Nya, maka Anda sebaiknya sewgera kembali kepada-Nya sebelum semuanya terlambat dan batas waktu yang diberikan oleh-Nya telah habis. Tidakkah Anda perhatikan Allah telah memanggil Anda,

”Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allah, lalu Allah menjadikan mereka lupa kepada diri mereka sendiri. Mereka itulah orang-orang yang fasik.” (QS. Al-Hasyr: 18-19)

Sesungguhnya, orang yang melupakan Allah Subhanahu wa Ta’ala, maka Allah akan membuat mereka lupa untuk berbuat kebaikan bagi diri mereka sendiri, membuat mereka melupakan maslahat mareka sendiri dan hal-hal yang bisa membawa keselamatan bagi diri mereka. Orang-orang seperti mereka itu tidak mau taat kepada Allah dan berhak mendapatkan adzab dari-Nya. Oleh karena itu, keluarlah dari lingkaran mereka dan jauhkan diri Anda dari kesialan yang menimpa mereka, dan janganlah menjadi bagian dari mereka.


28. Apakah Anda Tidak Ingin Berada dalam Perlindungan dan Penjagaan Allah?

Orang yang sedang shalat pada hakikatnya sedang dalam perlindungan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Hal itu sesuai dengan sabda Rasulullah,

”Barangsiapa mau mengerjakan shalat shubuh maka ia berada dalam perlindungan Allah oleh karena itu, janganlah kalian meminta perlindungan Allah dengan sesuatu apa pun. Sesungguhnya Allah akan mengetahui jika ada seseorang yang meminta perlindungannya dengan kejahatan. Setelah itu, di neraka jahannam kelak Ia akan membuat orang tersebut berjalan dengan wajahnya.” (HR. Muslim)

Dari hadits tersebut kita dapat mengetahui bahwa orang yang meniggalkan shalat tidak akan mendapat perlindungan dari Allah. Sebaliknya, dia akan mendapatkan adzab dari-Nya dan dilemparkan ke dalam api neraka.

Telah diriwayatkan bahwa al-Hajjaj pernah memerintahkan kepada Salim bin Abdullah untuk memenuhi seseorang. Maka Salim kemudian bertanya kepada orang yang hendak dibunuhnya tersebut, ”Bukankah kamu telah mengerjakan shalat shubuh?” orang tersebut menjawab, ”Benar, aku telah mengerjakan shalat shubuh.” Salim kemudian berkata kepadanya, ”jika demikian, pergilah. ”Maka al-Hajjaj kemudian berkata kepada Salim, mengapa kamu tidak membunuhnya?” Salim kemudian menjawab, ”Ayahku pernah bercerita kepadaku bahwa Rasulullah SAW pernah bersabda,

”Barangsiapa telah mengerjakan shalat shubuh maka pada hari itu ia akan berada di samping Allah (dalam perlindungan-Nya).”

Oleh karena itu, aku tidak mau membunuh orang yang mendapatkan perlindungan dari Allah. Setelah itu, al-Hajjaj bertanya kepada Ibnu Umar, ”Apakah engkau pernah mendengar hal itu dari Rasulullah?” Ibnu Umar menjawab, ”Benar, aku pernah mendengar Rasulullah mengatakan itu.” (lihat : Shahih at-Targhiib wa at-Tarhiib, 1/186-187)


29. Jangan Sampai Anda Melalaikan Shalat karena Suatu Urusan

Allah Subhanahu wa Ta’ala telah berfirman,

”Sesungguhnya shalat adalah kewajiban yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman.” (QS. Al-Nisaa : 104)

Dari hadits-hadits Rasulullah, kita juga telah mengetahui bahwa shalat yang dikerjakan tepat pada waktunya merupakan amal yang paling mulia. Oleh karena itu, shalat tidak boleh ditunda-tunda. Adakah hal yang menggugurkan kewajiban shalat jika memang sudah datang waktunya? Adakah amal yang lebih penting dari shalat? Apakah shalat bisa ditunda karena main- main yang hanya mendatangkan kenikmatan sesaat bagi seseorang, tetapi setelah itu akan menyisakan penyesalan? Apakah anda akan menunda shalat hanya karena bekerja untuk menumpuk-numpuk harta?

Sesungguhnya waktu shalat itu terbatas. Sementara seseorang biasa membuang-buang waktu yang tak terhitung jumlahnya, baik siang maupun malam, tanpa faedah apa-apa. Bagaimanapun sibuknya orang yang saedang bekerja, ia akan senantiasa menyempatkan waktu untuk pergi ke kamar kecil. Ia bahkan bisa menghabiskan waktu yang sangat lama di kamar kecil tersebut; lebih lama dari waktu yang ia butuhkan untuk mengerjakan shalat fardhu. Bagaimana seseorang bisa menganggap waktu shalat sebagai waktu yang terbuang sia-sia, padahal shalat adalah kesempatan untuk memperbaharui semangat, memantapkan hati, dan mengingat Allah Subhanahu wa Ta’ala sampai ia menyelesaikan pekerjaannya dan bersungguh-sungguh dalam melaksanakannya. Dengan begitu saat-saat yang digunakan orang yang bekerja untuk mengerjakan shalat pada hakikatnya menguntungkan pekerjaan itu sendiri dan menjadikan semuanya lebih jelas jika ia mengetahui bahwa shalat tersebut membawa dampak positif bagi kesehatan orang yang mengerjakannya dan produktifitasnya. Selain itu, shalat juga mendatangkan manfaat yang begitu besar sepanjang hari karena bisa membuat orang lebih produktif sepanjang hari sampai malam hari.

Lebih-lebih Allah adalah Dzat yang mencukupi rezeki seluruh umat manusia. Setiap muslim pasti mengetahui bahwa rezeki itu ada dalam kekuasaan Allah, Dzat yang Anda hadapi saat Anda mengerjakan shalat.

Seandainya saja orang yang bekerja dalam sebuah pabrik sedang dipanggil oleh pemilik pabrik tersebut untuk membicarakan masalah yang berkaitan dengan kondisinya dan kondisi pekerjaannya, sementara bosnya tersebut adalah orang yang lebih berpengalaman tentang masalah pabrik dan kebaikannya, kemudian ia tidak mau memenuhi panggilan tersebut, tetapi malah sibuk dengan pekerjaannya, padahal ia mengetahui bahwa bosnya tersebut bisa saja memberi penghargaan kepadanya atau menghukumnya... benarkah tindakannya tersebut?

Ini adalah contoh untuk sekedar menjelaskan. Dan, Allah tentunya lebih Agung lebih Mulia, dan lebih ideal dari segala sesuatu.

Allah telah mengingatkan para hamba-Nya agar tidak lalai dalam kewajibannya karena terlalu sibuk untuk mengumpulkan harta atau yang sejenisnya. Dalam hal ini Allah Subhanahu wa Ta’ala telah berfirman,

”Hai orang-orang yang beriman, janganlah harta-hartamu dan anak-anakmu melakukan kamu dari mengingat Allah. Barangsiapa yang membuat demikian maka mereka itulah orang-orang yang rugi.” (QS. Al-Munaafiquun : 9)

Allah juga telah menjelaskan bahwa rezeki itu ada dalam kekuasaan Allah,

”Sesungguhnya Allah Dialah Maha Pemberi rezki Yang Mempunyai Kekuatan lagi Sangat Kokoh.” (QS. Al-Dzaariyaat: 58)

Allah Subhanahu wa Ta’ala juga berfirman,

”Kami tidak meminta rezeki kepadamu, kamilah yang memberi rezeki kepadamu. Dan akibat (yang baik) itu adalah bagi orang yang bertakwa.” (QS. Thaahaa: 132)

Dan erfirman lagi,

”Sesungguhnya Allah memberi rezeki kepada siapa yang dikehendaki-Nya tanpa hisab.” (QS. Ali Imran: 37)

Kemudian berfirman,

”Dan Allah adalah sebaik-baik Pemberi rezeki.” (QS. Al-Jumu’ah: 11)

Dan berfirman lagi,

”Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan ke luar. Dan membrinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya.” (QS. Al-Thalaq: 2-3)

Allah juga telah memuji orang-orang yang mau mengerjakan shalat dan tidak sibuk dengan harta atau dagangan. Dalam hal itu Allah Subhanahu wa Ta’ala telah berfirman,

”Bertasbilah kepada Allah di masjid-masjid yang telah diperintahkan untuk dimuliakan dan disebut nama-Nya didalamnya, pada waktu pagi dan petang, laki-laki yang tidak dilalaikan oleh perniagaan dan tidak (pula) oleh beli dari mengingat Allah, mendirikan shalat, dan membayarkan zakat.” (QS. Al-Nuur: 36-37)

Barangsiapa mau melakukan hal itu, maka rezekinya akan terus bertambah dan tidak pernah berkurang sedikit pun, sebagaimana firman Allah,

”(Mereka mengerjakan yang demikian itu) supaya Allah memberi balasan kepada mereka (dengan balasan) yang lebih baik dari apa yang telah dikerjakan, dan supaya Allah menambah karunia-Nya kepada mereka. Dan Allah memberi rezeki kepada siapa yang dikehendaki-Nya tanpa batas.” (QS. Al-Nuur: 38)


30. Apakah Anda Tidak Ingin Bersama Rasulullah di Surga?

Diriwayatkan dari Rabi’ah bin Ka’b bahwa ia pernah bercerita, ”Aku pernah menginap bersama Rasulullah dan meladeni segala keperluannya, termasuk mengambilkan air wudhu, Rasulullah kemudian berkata kepadaku, ”Mintalah sesuatu kepadaku.” Aku kemudian menjawab, ”Aku memohon kepadamu agar bisa menemanimu besuk di surga.” Rasulullah bertanya, ”Barangkali kamu ingin meminta sesuatu yang lain?” aku kemudian menjawab, ”Itulah permintaanku.” Beliau berkata, ”Bantulah impianmu tersebut dengan memperbanyak sujud.” (HR. Muslim)


31. Apakah Anda Tidak Ingin Melihat Allah di Surga?

Melihat Allah Subhanahu wa Ta’ala merupakan nikmat yang paling besar di surga kelak. Oleh karena itu, seorang mukmin akan senantiasa menanti-nantikan kesempatan emas yang tidak akan bisa dibandingkan dengan apa pun ini. Dan, memelihara shalat akan membuat impian tersebut menjadi nyata. Diriwayatkan dari Jabir bin Abdullah al-Bajali bahwa ia pernah berkata, ”Kala itu kami sedang berada di tempat rasulullah SAW dan beliau sedang memandangi bulan purnama. Setelah itu, beliau berkata kepada kami,

”Sesungguhnya kalian akan melihat Tuhan kalian sebagaimana kalian melihat bulan purnama ini. Mereka akan melihat-Nya dengan jelas. Oleh karena itu, jika kalian mampu maka hendaknya kalian jangan pernah meninggalkan shalat sebelum terbit dan terbenamnya matahari.”

Setelah itu beliau membacakan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala,

”Dan bertasbilah dengan memuji Tuhanmu, sebelum terbit matahari dan terbenamnya.” (Muttafaq Alaih)


32. Apakah Anda Tidak Takut Akan Su’ul Khatimah

Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam pernah bersabda,

”Sesungguhnya amal itu tergantung dengan akhirnya.” (HR. Bukhari)

Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam juga bersabda,

”Setiap hamba akan dibangkitkan dalam keadaan seperti saat dia meniggal dunia.” (HR. Muslim)

Ketika kematian sering datang dengan tiba-tiba dan tanpa ada tanda-tanda, terutama pada zaman sekarang ini, maka tindakan yang paling bijak adalah jika seseorang memperkirakannya sebelumnya dan beramal untuk menyosongnya. Dan, saya kira menjaga shalat adalah langkah pertama untuk merealisasikan hal itu.


33. Apakah Anda Sadar Seberapa Kerugian Anda Saat Anda Meniggalkan Shalat?

Diriwayatkan dari Ibnu Umar Radhiyallahu Anhu bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam pernah bersabda,

”Barangsiapa meninggalkan shalat Ashar, maka ia bagaikan orang yang keluarga dan hartanya dirampas orang lain dan ia melihat dengan mata kepalanya sendiri.” (Muttafaq Alaih)

Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam juga pernah bersabda,

”Barangsiapa meninggalkan shalat ashar, maka amalnya akan dipotong.” (HR. Bikhari)

Itu hanyalah meniggalkan shalat ashar, lalu bagaimana jika seseorang meniggalkan seluruh shalat?

Amal apakah yang lebih bisa diharapkan di sisi Allah selain shalat yang selalu dikerjakan oleh seorang hamba, sementara kita telah mengetahui behwa meninggalkan shalat satu kali saja dapat menghilangkan seluruh amal?

Sesungguhnya meninggalkan shalat merupakan bentuk kedurhakaan terhadap Allah dan Rasul-Nya. Tindakan tersebut juga bisa menggugurkan seluruh amal yang pernah dilakukannya. Allah telah berfirman,

”Hai orang-orang yang beriman, taatlah kepada Allah dan Taatlah kepada Rasul dan janganlah kamu merusakkan (pahala) amal-amalmu.” (QS. Muhammad : 33)


34. Jangan Menjadi Seorang Pemalas

Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam pernah bersabda,

”Jika salah seorang diantara kalian sedang tidur, maka setan akan diikatkan pada tekuknya dengan tiga ikatan yang terpisah satu sama lain. Kalian memiliki malam yang begitu panjang. Oleh karena itu, tidurlah. Jika ia terjaga kemudian ia berdzikir kepada Allah, maka terlepaslah satu dari tiga ikatan tersebut. Jika ia mau berwudhu, maka satu ikatan terlepas lagi. Kemudian, jika ia mau mengerjakan shalat, maka lepaslah semua ikatan tersebut dan ia bangun pagi dengan kondisi fisik yang fit dan jiwa yang begitu sehat. Jika ia tidak melakukan hal itu (dzikir, wudhu dan shalat), maka ia bangun pagi dalam keadaan malas dan jiwa yang kotor.” (Muttafaq Alaih)


35. Jangan Pernah Menghianati Janji Allah

Dengan masuk islam, seseorang berarti telah menjalin perjanjian dengan Allah. Perjanjian tersebut adalah perjanjian untuk taat kepada-Nya, Allah subhanahu wa Ta’ala berfirman,

”Dan ingatlah karunia Allah kepadamu dan perjanjian-Nya yang telah diikat-Nya dengan kamu, ketika kamu mengatakan, ”Kami dengar dan kami taati.” (QS. Al-Maidah : 7)

Jika Allah telah memerintahkan seorang muslim untuk mengerjakan shalat dalam beberapa ayat al-Qur’an, maka dengan meniggalkan shalat seseorang berarti telah mengingkari perintah tersebut. Kemudian, jika ia nekad untuk mengingkari perintah tersebut maka itu berarti bahwa ia telah mengingkari janjinya kepada Allah.


36. Dirikanlah Shalat Demi Anak-anak Anda

Sesungguhnya orang yang meniggalkan shalat akan berada dalam posisi yang serba salah di depan anak-anaknya. Hal itu bisa terjadi karena dia seharusnya memberikan nasihat kepada mereka dean mengarahkan mereka pada kebaikan. Lalu, apa yang mereka katakan tentang shalat jika ia sendiri tidak mengerjakan shalat?

Pada suatu saat nanti dia pasti akan mendapatkan pertanyaan dari anak-anaknya yang bisa membuatnya merasa tersinggung.

Pada suatu ketika seorang ayah meminta kepada anaknya yang masih kecil agar ia mau shalat. Maka sang anak kemudian bertanya kepada ayahnya. ”Apakah engkau mengerjakan shalat saat engkau masih kecil, ayah?” padahal, ayah tersebut pada masa kecilnya tidak pernah mengerjakan shalat. Lalu, apa yang mesti ia katakan kepada anaknya? Jika ia mengatakan yang sejujurnya, maka sang anak balik berkata kepadanya, ”Biarkan aku melakukan seperti apa yang engkau lakukan,” Dan, jika ia berbohong, maka ia berarti menambahkan dosa baru dalam daftar hitam yang dimilikinya.

Semua orang yang berakal hendaknya memikirkan kondisi yang akan menimpa dan apa yang akan terjadi pada dirinya di kemudian hari di dunia ini. Adapun untuk urusan akhirat, ia hendaknya lebih bijaksana lagi.

Seorang ayah hendaknya selalu mengerjakan shalat dan memerintahkan seluruh keluarganya agar mau mengikuti tindakannya. Allah subhanahu wa Ta’ala telah berfirman,

”Dan perintahkanlah leluargamu untuk mendirikan shalat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya.” (QS. Thaahaa : 132)


37. Shalat Adalah Sebaik-baik Bekal

Setiap insan pasti tahu dengan pasti bahwa dia bakal meniggalkan dunia ini. Dan, setiap orang yang mengadakan perjalanan pasti membutuhkan bekal. Sementara perjalanan yang satu ini adalah perjalanan yang sangat panjang dan tidak akan kembali lagi. Barangsiapa yang dalam perjalanan tersebut tidak memiliki bekal, maka ia berarti telah menderita kerugian yang tak tergantikan dan tidak ada bandingannya. Bagaimana seseorang selalu lalai, sementara usianya berlalu bagaikan awan yang bergerak di angkasa?

Tiba-tiba saja dipanggil untuk memenuhi janji yang tidak dapat ditunda-tunda (kematian). Maka ia pun kemudian mencari bekal. Hanya saja, yang didapatkannya hanyalah tanah, sementara ia tidak mendapatkan orang yang bisa menyelamatkannya atau menolongnya,

”Aku sekali-kali tidak dapat menolongmu dan kamupun sekali-kali tidak dapat menolongku.” (QS. Ibrahim:22)

Tidak ada tempat berlindung dari siksaan Allah kecuali Allah sendiri. Allah juga tidak pernah menyesatkan kita. Sebaliknya, Dia telah memperingatkan kita –jika kita durhaka- dan memberikan kabar gembira –jika kita mau taat kepada-Nya. Dalam hal ini Allah telah berfirman,

”Berbekallah, dan sesugguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa dan bertakwalah kepada-Ku hai orang-orang yang berakal,” (QS. Al-Baqarah : 197)

Orang yang berakal adalah mereka yang tidak pernah lalai, tidak pernah tergiur dengan kemegahan dunia, dan tidak pernah terlena dengan harta yang mereka miliki. Mereka tahu apa yang akan terjadi setelah ia meniggal dunia. Maka ia kemudian memperbanyak bekal dan mempersiapkannya dengan sebaik-baiknya. Mereka taat kepada Allah dan takut dengan murka-Nya, yang tentunya akan diikuti dengan adzab-Nya.

Jika anda adalah orang yang berakal, maka itulah jejak dan langkah mereka agar Allah memasukkan Anda ke dalam kelompok orang-orang yang saleh. Jika tidak, maka tidak akan ada manfaatnya banyaknya perdebatan ataupun tingginya harapan, karena semua itu hanya akan membuat Anda terjebak dalam kebiasaan menunda-nunda pekerjaan. Oleh karena itu, bergegaslah untuk meraih ciri-ciri orang-orang yang bertakwa, sifat-sifat orang yang beruntung, tangga orang-orang yang meniti jalan kebenaran, dan cahaya yang menyinari oarang-orang terdahulu maupun sekarang. Bergegaslah menuju ketempat shalat Anda, kemudian dirikanlah shalat, karena ia adalah sebaik-baik bekal. Ia adalah tiang agama. Hanya orang yang mau mengerjakan shalat yang akan memiliki bekal dalam perjalanannya Anda telah mengetahui bahwa dunia dan akhirat berada dalam kekuasaan Allah. Dia telah memberikan dunia ini kepada semua orang baik yang taat maupun jahat. Akan tetapi, Dia hanya akan memberikan akhirat kepada mereka yang bertakwa, yang saleh, yang taat, dan mau memenuhi panggilan Allah, ”Hai orang-orang yang beriman jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu,” (QS. Al-Baqarah : 153) Maka mereka kemudian bersimpuh di hadapan-Nya dan berdoa kepada-Nya sehingga ia pun memberikan lebih banyak dari apa yang mereka minta, ”Bagi orang-orang yang berbuat baik, ada pahala yang terbaik (surga) dan tambahannya.” (QS. Yunus: 26) dan menyelamatkan mereka dari api neraka dan siksa-Nya yang amat pedih.

Adapun orang yang sombong kepada Allah; dia mendengar panggilan-Nya dengan khusyu’, padahal ia selalu menghadap orang-orang yang berduit atau berpangkat dengan sangat tunduk dan patuh, demi wanita dan harta benda yang dikatakan Allah bahwa, ”Kesenangan di dunia ini hanya sebentar,” sementara dia tahu bahwa segala sesuatu itu berada dalam kekuasaan Allah...

Maka saya hendak mengatakan bahwa orang-orang seperti itu akan meniggal dunia dalam keadaan tidak memiliki bekal dan kehormatan. Karena dia tidak mau bersimpuh dihadapan Allah, berdoa kepada-Nya, dan meminta semua yang ia inginkan sehingga ia bisa mendapatkan bekal ataupun keselamatan.

Orang yang terbiasa mengerjakan shalat bekalnya akan bertambah setiap kali ia mengerjakan shalat; karena ia melaksanakan kewajiban dan mengharap tambahan rahmat Allah dengan melaksanakan perkara-perkara sunnah. Waktu yang ia gunakan untuk menuggu datangnya waktu shalat dihitung dengan pahala, semua perbuatan dosa yang pernah ia lakukan di hapus oleh Allah, dan derajatnya diangkat oleh Allah setiap kali ia pergi dan pulang dari menjalankan shalat.

Sekarang, simaklah bait-bait syair berikut ini,

Persiapkanlah bekal mumpung engkau masih hidup di dunia
Karena Engkau gelap malam telah menyelimuti dunia
Engkau tidak akan tahu apakah esok pagi kau masih bernyawa
Betapa banyak orang yang sehat malam harinya
Tetapi keesokan harinya ia telah meniggal dunia
Kain kafan telah disiapkan tapi ia tidak menyadarinya
Engkau akan menyesal jika sampai pergi tanpa bekal apa-apa
Engkau akan menderita karena telah dipanggil oleh-Nya
Apakah engkau akan bersama orang-orang yang berbekal
Semantara engkau tidak membawa apa-apa?


38. Jagalah Shalat karena di Dalamnya Banyak Menyimpan Manfaat Medis

Sesungguhnya wudhu itu bisa membuat tubuh menjadi lebih segar dan bisa membuat urat-urat syaraf menjadi tenang. Gerakan-gerakan shalat juga bisa membantu kelancaran pencernaan makanan, melancarkan sistem peredaran darah, membuat tubuh menjadi lebih rileks, serta menguatkan seluruh anggota tubuh. Selain itu, berjalan menuju mesjid merupakan salah satu bentuk olah raga fisik yang manfaatnya akan dirasakan oleh seluruh tubuh. Adapun ketenangan jiwa yang dirasakan karena menjalankan shalat, juga sangat berpengaruh bagi kesehatan orang yang shalat secara umum.

Dalam majalah al-Muslimun pernah disebutkan bahwa penelitian ilmu teknologi modern telah menemukan bahwa gas ozon yang mengandung begitu banyak oksigen, mengalami puncak peredarannya pada waktu shalat shubuh. Dan, ini tentunya sangat berpengaruh bagi kesehatan.

Diantara manfaat shalat dari sisi medis adalah sebagai berikut:

- shalat merupakan program gerak yang dinamis, berkesinambungan, dan telah ditentukan waktunya.
- Program ini tidak akan berhenti –bagaimana kondisi yang ada- mulai dari usia tujuh tahun hingga meniggal dunia.
- Shalat merupakan gerakan yang dilakukan seluruh anggota tubuh dan otot.
- Gerakan-gerakan tersebut dilakukan pada kondisi psikologi dan jiwa yang membuat seseorang yang bisa mengambil manfaat darinya secara maksimal.
- Waktu-waktu shalat telah ditentukan Dzat Yang Mahatahu. Hal itu membuat waktu tersebut lebih optimal melaksanakannya, melaksanakan munajat ruhiyah, dan melakukan gerakan tubuh. Tidak seorang pun mampu mengetahui secara keseluruhan manfaat kesehatan yang dihasilkan oleh ritual tersebut.
- Sesungguhnya berdiri untuk mengerjakan shalat dan gerakan-gerakan shalat yang lain, bisa mencegah cacatnya tulang belakang.
- Gerakan kedua tangan dalam takbir mencakup persendian bahu, siku, pergelangan tangan, dan persendian jari. Gerakan tersebut sangat membantu untuk melenturkan sendi-sendi tersebut.
- Ruku’ mengerjakan persendian pangkal paha, lutut, bahu, pergelangan tangan, dan jari-jari. Perlu dicatat bahwa dalam gerakan ruku’ ini persendian lutut menjadi tempat tumpuan hingga titik terendah; hal yang tidak akan pernah terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Dengan begitu, persendian lutut akan mengalami proses pelenturan hingga 5 derajat dan otot-otot punggung dalam gerakan menarik.

Adapun anggota tubuh bagian dalam, seperti : paru-paru, jantung, rongga badan, lambung, usus, hati, limpa, dan ginjal, pada saat seseorang dalam keadaan ruku’ maka posisinya akan berbeda dengan posisi saat ia sedang berdiri. Yang mana, hal itu secara tidak langsung merupakan proses pemijitan terhadap anggota tubuh bagian dalam tersebut. Begitu juga sistem peredaran dan pencernaan yang ada dalam tubuh.

Dalam sujud, proses pemijitan terhadap anggota tubuh bagian dalam tersebut masih berlangsung, meskipun dengan cara yang berbeda dengan proses pemijitan yang berlangsung saat seseorang sedang ruku’.

Sementara itu, dalam keadaan duduk proses pelenturan akan berlangsung secara maksimal, sementara tulang punggung dalam posisi tegak, dan persendian paha mengalami pelenturan hingga 90 derajat.


39. Jagalah Shalat Karena di Dalamnya Banyak Menyimpan Manfaat Sosial

Alangkah indahnya jika seluruh anggota keluarga bisa berkumpul untuk mengerjakan shalat berjamaah dan kepala keluarga yang menjadi imamnya. Sungguh, keluarga yang demikian adalah keluarga yang bahagia dan mendapat berkah. Selain itu, orang yang terbiasa mengerjakan shalat juga akan sering pergi ke masjid dan berkenalan dengan saudara-saudaranya yang juga mengerjakan shalat di masjid. Perkenalan tersebut akan terus dipupuk dengan perasaan cinta sehingga persahabatan yang terjalin menjadi semakin kuat. Ini juga sungguh merupakan salah satu bentuk interaksi sosial yang diberkahi Allah dan membuahkan hasil yang mengagumkan.

Secara fitrah, manusia akan senantiasa membutuhkan yang namanya sahabat dan teman. Dan, teman yang terbaik adalah teman di masjid. Karena persahabatan yang terjalin diantara penghuni masjid adalah persahabatan yang didasari keikhlasan karena Allah dan tanpa motivasi duniawi. Ia akan senantiasa memberikan nasihat; memerintahkan pada kebaikan dan mencegah perkara mungkar. Selain itu, para penghuni masjid juga akan senantiasa saling tolong-menolong dalam hal kebaikan, sebagaimana yang diperintahkan oleh Allah dalam sebuah firman-Nya,

”Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran.” (QS. Al-Maidah : 2)

Adapun orang yang tidak pernah mengerjakan shalat dan selalu jauh dari masjid, maka teman-teman jahatnya akan mengelilinginya dan memerintahkan untuk mendurhakai Allah. Mereka menjadi semakin semangat untuk melakukan hal itu karena mereka tahu bahwa dengan meniggalkan kewajiban shalat, ia berarti telah siap untuk mendurhakai Allah dan siap melakukan dosa besar. Selain itu, dengan meniggalkan shalat tersebut, ia berarti merasa tidak terbebani atau tidak perlu lagi sejauh mana kejahatan yang telah dilakukannya serta sejauh mana ia telah menjauhi Allah. Dan tindakannya tersebut ia berarti sudah tidak peduli lagi bahwa ia sebenarnya telah memancing kemarahan Allah dan berhak mendapatkan siksa-Nya. Jika hidupnya dihiasi lagi dengan maksiat-maksiat yang lain, seperti minum arak, berzina, atau memakan harta orang lain dengan sewenang-wenang, maka tidak diragukan lagi bahwa hawa nafsunya akan semakin tergelincir kedalamnya dan sulit baginya untuk melawan keinginan tersebut. Tidak diragukan lagi bahwa ia akan menyukai apa yang disukai teman-teman sepergaulannya dan melakukan apa yang mereka lakukan.

Dengan menjauhi masjid seseorang berarti telah mendekat kepada teman-teman jahatnya dan mendekati lingkungan mereka yang sangat kondusif untuk melakukan maksiat tanpa ada orang yang akan menghalang-halanginya. Orang yang sering bergaul dengan suatu kaum adalah bagian dari mereka. Oleh karena itu, Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam pernah bersabda,

”Setiap orang pasti akan mengikuti agama sahabatnya. Oleh karena itu, kalian hendaknya pandai-pandai dalam memilih sahabat.”

Allah subhanahu wa Ta’ala juga telah berfirman,

”Dan apabila kamu melihat orang-orang memperolok-olokkan ayat-ayat Kami, maka tinggalkanlah mereka sehingga mereka membicarakan pembicaraan yang lain. Dan jika setan menjadikan kamu lupa (maka larangan itu), janganlah kamu duduk bersama orang. Orang yang zalim itu sudah teringat (akan larangan itu).” (QS. Al-An’aam : 68)

Adapun kaum mukminin yang terbiasa menjalankan shalat...majlis-majlis yang mereka selenggarakan adalah majlis dzikir dan penuh rahmat. Mereka adalah kaum yang tidak mungkin menyengsarakan teman-teman sepergaulannya.

Jadi, kelompok mana yang anda pilih? Jalan mana yang akan Anda tempuh?

Fikirkan macam apa yang membuat Anda memilih kehancuran dan mengabaikan keselamatan sehingga kehancuran Anda adalah ulah dari perencanaan Anda sendiri?